Maret, dan Selamat Datang Ramadhan

Sudah masuk bulan April saja, dan bulan Maret kemarin hanya bisa membuat 1 postingan. Ya ngga apa-apa juga sih, ngga usah dipaksakan. Buat saya, memaksakan menulis itu hasilnya malah ngga banget.

Hai kamu yang kuat, semua sudah baik-baik saja kan ?

Sakit yang berlanjut, membuat hati benar-benar tidak nyaman. Pertengahan bulan Februari, tanggal 20,  kami bertiga diberi demam, sakit tenggorokan, pegal-pegal badan, mirip dengan gejala Covid19. Tapi dokter hanya bilang radang tenggorokan saja dan tidak disarankan untuk tes antigen. Meski begitu, kami bertiga memisahkan diri, berdiam di ruangan lain karena ada dua keponakan yang tinggal bersama kami. Beruntung ada dua bangunan terpisah meski hanya berjarak 1 meter.

Setelah sembuh, eh alergi saya kambuh di tanggal 3 Maret. Muka sampai bengkak. Kata suami, mirip orang habis operasi plastik yang gagal, hadeuh. Belum lagi bentol-bentol merah yang gatal dari ujung kaki sampai ujung kepala. Muka bengkak hanya 2 hari, tapi bentol-bentol masih keluar sampai saya menulis ini. Terutama saat pagi atau sore hari ketika udara dingin. Kalau pemicu alerginya udara dingin, agak susah juga karena tinggal di daerah dingin. Daya tahan tubuh aja yang harus diperbaiki.

Di tengah-tengah alergi, tiba-tiba kepala sakit sekali seperti mau pecah. Sakit dari ubun-ubun yang menjalar di sekitar tengkuk sampai pundak. Ke dokter lagi, cek darah. Hasilnya, kolesterol saya naik. Duh, padahal dokter jantung udah wanti-wanti sejak operasi bypass itu, bahwa saya harus menjaga kadar kolesterol. Makanya tiap hari harus makan obatnya dan harus menjaga pola hidup. Memang sih, kadang saya males minum obatnya, bosen aja gitu harus minum obat tiap hari. Bayangin aja, lebih dari setengah usia itu tiap harinya harus minum obat. Karena saya punya hipertensi sejak usia dua puluhan. Dan memang saya akui juga, pola hidup saya akhir-akhir ini tidak disiplin. Terutama soal makan. Apa aja di makan, meski sebenarnya ngga sebanyak orang lain, hanya sekedar icip-icip. Tapi rupanya saya dikasih kondisi badan yang spesial. Sedikit juga jadi masalah. Huhu.. 

Setelah kondisi saya membaik, tanggal 21 Maret, Fauzan mengeluh badannya panas. Suhu tubuhnya sampai 38,5° C. Huahhh, panik lagi, takut covid berulang. Periksa ke dokter, disuruh cek darah karena katanya sedang banyak yang kena demam berdarah. Alhamdulillah trombositnya bagus, tapi kena typus. Cuma bisa berserah sambil terus ikhtiar. 

Ketika saya sakit kepala karena kolesterol naik, saya banyak mengeluh. Suami dan anak bujang sampai komentar,"Tumben Ibu banyak ngeluh, biasanya kalau sakit diem aja. Operasi jantung juga santai." Ngga taulah, hati memang sedang tidak baik-baik saja selama dikasih sakit sepanjang bulan Maret itu. Dan saya ngga mau membohongi diri. Beruntungnya ada suami dan anak yang selalu mendukung. Fauzan tuh yang sering menghibur,"Udah kalau mau nangis mah nangis aja, tapi jangan sering-sering." Atau lain waktu dia bilang,"Udah sih Bu ketawain aja sakitnya." Trus sambil joged-joged ngga jelas gitu. Hehe, ni anak ngga berasa udah gede aja. Dia udah punya KTP lho.

Alhamdulillah, sekarang tinggal menjaga kondisi supaya ngga sakit lagi. Insya Allah Ramadhan membawa banyak kebaikan untuk kita semua.  

Ramadhan Kareem, semoga dilancarkan menjalankan ibadah shaum dan ibadah-ibadah lainnya di bulan suci ini. Aamiin.