Rasa penasaran untuk mengunjungi salah satu kampung muslim di Bali, tepatnya di Kabupaten Jembrana, akhirnya kesampaian. Nama kampung ini adalah Loloan Timur. Sebuah kampung muslim yang berada di tengah-tengah lingkungan yang mayoritas beragama Hindu. Mereka bisa hidup berdampingan dengan baik. Mayoritas penduduk muslim di sini awalnya datang dari Bugis (Sulawesi) dan Melayu (Pontianak - Kalimantan). Menurut cerita, kata Loloan berasal dari kata Liloan (Kalimantan) yang artinya berkelok-kelok. Yaitu saat Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry yang berasal dari Pontianak melewati sungai Ijo Gading yang berkelok-kelok. Ada pula yang mengatakan bahwa Loloan berasal dari kata Loloh (jamu dalam bahasa Bali).
Sejarah panjangnya seperti apa, banyak referensi yang bisa dicari melalui Google. Ibu hanya mau pamer foto saja :). Atau kita tunggu mas Hakim yang tertarik dengan sejarah untuk menuliskannya.


Sepanjang jalan yang kami lewati, banyak toko-toko yang menjual peralatan muslim. Seperti pakaian, kerudung, mukena dan sejenisnya. Karena kami datang di hari Minggu, tidak tampak keramaian, banyak toko-toko yang tutup.
Sayangnya, Ibu tidak sempat mengunjungi masjid Jami' Baitul Qadim di sana. Yang konon kabarnya, di masjid itu tersimpan prasasti ukiran dari kayu dan Al Qur'an tulisan tangan yang usianya sudah lebih dari 200 tahun.

Jembatan Beli yang ada di atas Sungai Ijo Gading, membelah Loloan Timur dan Loloan Barat.
Loloan Timur dengan penduduk mayoritas muslim, sementara Loloan Barat dengan penduduk campuran Muslim dan non Muslim.
Menurut adik yang jadi guide dadakan, ada tempat yang sering di kunjungi umat muslim. Suka banyak rombongan yang datang katanya. Di tunjukinlah tempat ini :

Makam ini sering dikunjungi para penziarah dari luar Bali
Fotonya nge-blur, tapi tetep di pajang :D
Gimana ngga nge-blur, motretnya dari dalem mobil yang melaju. Ngga enak sama supirnya mau disuruh berhenti, hihihi.
Memang tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Ibu sangat percaya itu. Beberapa hari sebelum ke Jembrana, Ibu mengajak Prit untuk kopdar bareng. Jember kan ngga terlalu jauh walau berbeda pulau. Selain mas Hakim, Prit juga mengajak Faisal. Waktu lewat Loloan Timur ini, tersibaklah suatu rahasia *halah .. hehehe. Ternyata Faisal pernah melalui masa kecilnya di kampung ini. Ingatannya terkuak karena melihat papan nama makam Habib Ali ini. Hohoho ... asli Sumenep - Madura, menuntut ilmu di Jember, ternyata masa kecilnya pernah di Jembrana. Selalu banyak hal-hal yang tak terduga yang bisa kita ambil dari sebuah perjalanan :)
kampungnya terlihat sepi ya bu..., masih pada istirahat mungkin ..
BalasHapusmenarik kisah berdirinya kampung ini, yuuk nunggu cerita dari masbro
Saya tadi sudah niat mencolek mbak Monda di FB, tapi udah keduluan komen di sini, hehehe.
HapusPostingan ini salah satunya buat Mbak Monda lho ;)
Kalau ke Bali, mampir ke Loloan aja, ada guide kok .. *lirik Bli Budi.
Sepi karena mungkin hari Minggu, pada libur semua yg berkegiatan.
Semakin ingin menulis tentang catatan berjudul Faisal dan Kenangan Kampung Loloan kok semakin sulit rasanya :)
HapusSepertinya kita butuh tamasya ke sana lagi, rame-rame hehe...
Ayo .. ayo kita tamasya rame2 lagi, tapi lewat Jember ya ..
HapusWasaaah. Ga masuk komen saya ya. Huhuhu.
BalasHapusKampungnya menarik Teh Dey. Terlihat asri dan rapi. Kebetulan bisa ketemu sama temen lewat blog itu emang ajaib ya Teh.
Iya gak masuk Dan.
HapusEmang menarik kalau baca sejarah kampung ini. Makanya penasaran.
Kuno tapi terlihat asri dan adem ya teh Dey
BalasHapusSebenernya sudah banyak rumah2 modern di Loloan. Rumah2 panggung ini hanya tinggal beberapa aja sepertinya.
HapusPernah dulu, saat wisata ke Bali, kami serombongan harus rela sholat mepet-mepet waktunya karena nggak ketemu-ketemu masjid atau mushola. untungnya, bapak sopirnya sabar, kita diantar ke salah satu kampung muslim yang lokasinya jauh juga dari pusat kota.
BalasHapusTahun berapa Ria ? Kemarin aku gampang banget cari masjid. Pun saat di Denpasar. Kami sholat di masjid yg cukup besar & berada di tengah kota.
HapusHahahah mungkin harus kembali ke Jembrana lagi mbak..motret lagi biar ngak ngeblur kwkwkwkw
BalasHapusIya, ntar ke sana mau lebih lama lagi ahhh ... tiba2 udah ada depan rumah deh :P
HapusAih..ada yg sdh kunjungan balik rupanya... Ah jd ingat kmrn diajakin tmn utk merencanakan ziarah bali... Mgkn slh satunya ke mkm habib itu ya.. Dutunggu ksh lainnya, Teh..
BalasHapusRencana yg sudah jauh2 hari Mbak, tapi ternyata Bli Budi yg duluan ke Parongpong.
HapusMasih ada kisah lain sih, nanti di postingan berikut *kalo gak males nulis sih ..hehehe.
Mungkin memang ini salah satu tempat ziarah di Bali.
Saya suka foto rumah yang no 3 itu bu Dey. Saya baru tau ini ada kampong loloan tfs
BalasHapusIya mbak, kampung ini jarang terdengar ya. Padahal bisa jadi pilihan wisata kalau ada yang ke Bali.
Hapuskenapa nggak sempat mengunjungi masjid Jami' Baitul Qadim, Bu? ada kendalakah?
BalasHapusWaktunya ngga cukup, Sarah :)
HapusBaru tahu ada kampung ini di Bali, Dey...makasih infonya ya, jadi tambah pengetahuan deh!
BalasHapusSayangnya, seperti kebanyakan tempat lain di Indonesia, kebersihan sebuah tempat memang kurang terpelihara. Sayang banget kan Dey, rumah Melayu yang usianya pasti sudah puluhan atau ratusan tahun itu dibiarkan begitu saja tanpa perawatan maksimal.
Hehe, jangan-jangan masalah dana lagi penyebabnya...
:D
Bisa jadi Mbak, ini yang saya jepret adalah rumah2 pribadi. Perawatannya tergantung dana si pemilik rumah.
HapusAyo mampir ke sini kalo ke Bali, biar wisatanya ngga mainstream .. hehehe
*hayah, kenapa saya yang jadi promosi Jembrana ya .. hihihi
Kalo liat bangunan kuno dari luar gitu suka kebayang dan penasaran, dalamnya seperti apa ya?
BalasHapusIya ya, dalamnya bikin penasaran juga. Tapi karena bangunan milik pribadi, agak sulit buat bisa ngintip ke dalam.
HapusJeng Dey, Sabtu hingga Selasa di Bali dan berbagi waktu terasa mepet, ngomporindotcom......
BalasHapusLoloan Timur yang selalu menarik pengunjung untuk membabar kisah. Salam
hahaha, Ibu ... sepertinya saya terkompori.
HapusPengen seminggu tinggal di sana :D
Teh, foto terakhir kabur..:)
BalasHapusini destinasi menarik yg blm kuketahui dari media lain. siiiip Teh
hihihi, kan emang udah dikasih keterangan kalo fotonya emang nge-blur :D
Hapuskampunya terlihat kuno tapi kelihatannya menarik banget buat dikunjungi :)
BalasHapusMenariknya juga, karena beda dgn kampung di sekelilingnya, Chi.
Hapuswah baru tau ada kampung muslim kek gini
BalasHapusSaya juga tau karena ada teman blogger yang tinggal sekitar sana.
HapusSepi ya. Saya pun baru tahu ada kampung muslim di Bali..
BalasHapusMungkin karena hari minggu, jadi terlihat sepi, Mbak.
HapusJadi tau yah ttg masa kecilnya Faisal, bu Dey.. hehehe... hikmah perjalanan.. ^_^
BalasHapusTerimakasih sudah menulis blog tentang Loloan, sebenarnya masih banyak sisi unik tentang Loloan yg bagus diabadikan dalam tulisan agar sejarah kampung ini tidak hilang ditelan waktu, karna saat ini pemuda lokal hanya sedikit yg perduli tentang budaya Loloan karna ke khasan kampung loloan"Kuno" sudah hampir hilang dikarenakan tuntutan hidup Modern, semoga tulisan ini semakin banyak di baca agar Loloan menjadi kampung yang selalu di kenang ke khasan budaya dan tradisinya bukan kemoderennya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih Semoga Allah memberikan anda kesehatan selalu
BalasHapus