Cinta yang Tumbuh Dalam Kesederhanaan

Batu turun keusik naek, ditu purun kuring daek. Ungkapan dalam Bahasa Sunda yang artinya, di sana mau, di sini juga mau. Sudah sama-sama mau, diapain lagi. Langsung lamar dan nikah saja. Simpel kan, dan memang sesimpel itu proses Ibu dan Bapak menuju pernikahan. Menjemput Impian kalau kata Kla Project *tetep ya, belum bisa move on dari 80s90s .. hehehe 

Baru sebelas tahun kami menjalani pernikahan ini. Sudah ada Fauzan yang maunya nyempil melulu di antara Ibu Bapaknya. Lelaki kecil kami, harta terindah kami. Tanpa melupakan Adik Bintang yang sudah di surga.

Semoga selalu bisa istiqomah dengan janji yang sudah kami buat. Ujian dan godaan sudah pasti akan selalu ada. Tapi kembali lagi kepada hati, kebahagiaan apa lagi yang kami cari. Semua sudah Allah beri. Kami hanya diwajibkan menjaga dan merawat ini semua. Untuk tetap tumbuh, walau musim kemarau dan hujan datang silih berganti.

Terima kasih untuk sebelas tahun ini, semoga masih banyak cinta antara kita berdua. 

Cinta yang terus tumbuh dalam kesederhanaan, rindu yang terus ada dalam genggaman.

Gini nih asiknya jalan bareng fotografer, jadi punya foto berdua yang cakep walau dengan pakaian seadanya, walau ada botol minuman air mineral nongol di saku celana Bapak, hehehe.

Makasih foto-foto cantiknya ya Bli, serasa dapat kado spesial ;-).


*Ternyata ada postingan khusus di blog Bli Budi. Huhuhu, terharu. Kado spesialnya nambah. Makasih (lagi).

Awalnya Ibu memakai foto yang sama dengan di sana, tapi yang asli tanpa watermark. Setelah barusan tahu, fotonya di ganti deh hasil nyomot di sana. Yang ada watermarknya.