Dendam Rindu Menderu Selalu

Persahabatan kami memang belum lama, istilahnya sih belum seumur jagung. Persabahatan yang sebenarnya tidak pernah di duga. Tapi Allah mempunyai cara yang indah mempertemukan kami, yang berbeda suku, berbeda tempat tinggal, bahkan berbeda keyakinan. Walau sebelumnya sudah saling kenal dan tahu melalui blog masing-masing, tapi kedekatan itu baru terjalin beberapa bulan ini saja.

 

Berawal dari obrolan kami bertiga melalui Facebook tanggal 10 Februari 2013, Minggu malam. Tanggal istimewa buat ibu pribadi tuh, makanya inget banget. Yang hanya bercanda dan saling ledek, hingga akhirnya membuat kontes foto bareng sekitar bulan Februari - Maret kemarin dan Alhamdulillah banyak pesertanya. Sudah bisa langsung menebak ya siapa yang ibu maksud, clue-nya udah jelas, bikin kontes foto bareng :). Dua emak-emak blogger dan satu bapak blogger itupun akhirnya menjadi dekat. Sering berbagi cerita, saling menyemangati, saling mengingatkan, tentang apa saja.

Cantik dan ganteng ya ...

Foto ibu mana ? Ngga usah ah, ibu mah ngga se-bagus mereka kalau di potret.

Sampai saat ini sih, bawaannya senang aja bersahabat dengan mereka itu. Tiga-tiganya sama-sama cerewet. Meski yang dua kompak bilang, ibu yang paling cerewet, hahaha. Cerewet tapi baik hati dan tidak sombong kan. Tempat yang nyaman buat curhat kalian :P. Secara nih ya, umur ibu memang paling banyak diantara kami bertiga. Kesannya jadi kakak tertua yang bijak kalau mendengar mereka curhat, hehehe.

Salah seorang dari kami pernah ada yang trauma dengan kata 'persahabatan', makanya berulang kali dia sering wanti-wanti, agar persahabatan ini tidak pernah putus di tengah jalan. Insya Allah, mudah-mudahan sih seterusnya bisa begini ya. Apalagi yang kami mau cari. Ngga lucu kalau sampai berselisih, malu sama umur atuh. Bersyukur aja, masih di kasih kesempatan oleh Tuhan, dikasih sahabat-sahabat baru. Persahabatan masa lalu yang berakhir kurang baik, dijadikan cermin supaya tidak terulang lagi di masa sekarang. Itu yang ibu bilang.

Bersahabat dengan status masing-masing yang sudah menikah, apalagi berbeda jenis kelamin itu, harus pandai-pandai menjaga hati untuk menjaga banyak hati yang lain. Mengenalkan para pasangan adalah salah satu tips-nya. Dengan si 'adik perempuan' yang memang tinggal satu kota, ngga susah untuk langsung mengenal keluarganya. Sudah sering bertemu. Malah pernah jalan-jalan keluar kota bersama. Para suami sudah akrab, begitu juga dengan anak-anaknya. 

Buat si 'adik laki-laki' yang jauh nih, agak susah ya mengenal keluarganya. Tapi jarak bukan halangan kok selama ada niat. Kan jaman sekarang ada telepon seluler, bisa sms-an atau komunikasi lewat whatssapp atau lewat surat. Iya lho, sudah dua kali ibu menulis surat buat istrinya si adik ini. Jadi punya sahabat pena deh. Dan karena pada dasarnya ibu ini cerewet, menulis suratpun bisa berlembar-lembar. Sementara yang jauh menjawab dengan pendek-pendek, jadi malu *tutup muka. Maapkeun kakakmu ini ya, cerewetnya ngga habis-habis dimanapun berada, hehehe.

Tulisan tangan salah seorang dari kami, kalimat tentang persahabatan yang diberikan kepada ibu.
Lucunya, si pemberi ngga tau kalau kalimat ini adalah karya Kahlil Gibran.
Nyontek di mana de' ? :-P

Memang, tidak ada yang abadi di dunia ini. Dengan berjalannya waktu, dengan kesibukan masing-masing, bisa jadi suatu saat nanti komunikasi kami bisa berkurang. Kalau toh sampai terjadi (berharapnya sih tidak pernah berkurang komunkasi diantara kami), bukan berarti putus persahabatan. Dan bukan berarti pula bahwa cinta dan sayang diantara kami sudah hilang. Apalagi masing-masing memiliki benda yang bisa jadi pengingat bahwa kami adalah sahabat, saudara yang saling menjaga.

Jujur aja, komunikasi kami saat ini tidak seperti awal-awal dekat kok. Maklum sih, Om dan Tante-nya Fauzan itu punya banyak kesibukan di dunia nyata. Lagian juga, sudah tahu banyak tentang mereka, jadi bingung mau ngobrol apa. Perlu rehat sejenak. Nanti Ibu yang colek-colek mereka berdua kalau sudah mulai 'sepi'. Ramai lagi dengan bermacam obrolan. Dari senda gurau sampai curhatan emak-emak. Kalau dua emak sudah heboh dengan curhatan, satu laki-laki ini hanya memantau saja kecuali di tanya. Hihihi, bingung kali mau ikutan komentar apa.

Penerus persahabatan kami, semoga.

Keinginan yang belum kesampaian (Insya Allah semesta mendukung), mudah-mudahan masih di beri waktu untuk bisa berbagi cerita dan bertemu secara langsung di dunia nyata. Utuh bertiga atau malah lengkap dengan keluarga masing-masing. Amin

Waktu dan jarak bukan jadi alasan memisahkan dan menjauhkan kebersamaan ini.

Dendam rindu menderu selalu.

Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani