TopMenu

Rabu, 29 Mei 2013

Kenapa harus di tebang ?

Kenapa harus di tebang ? Ini tentang satu pohon pinus yang ada di halaman depan rumah. Tumbuhnya tepat di sudut kiri, dekat dengan pintu pagar. Dan memang jika ujung pohon makin tinggi, beberapa dahannya akan menyentuh kabel listrik dan kabel telepon.

Entah sudah berapa kali Mbah-nya Fauzan berniat menebang pohon itu. Dan ibu selalu melarangnya tanpa alasan yang jelas. Sementara alasan Mbah memang benar sih, takut mengganggu kabel-kabel yang melintas di dekatnya. Kata Mbah, kalau ingin liat pohon pinus kan gampang, tinggal jalan ke arah hutan pinus atau ke komplek Villa Istana Bunga aja, disana banyak. Iya sih, di Parongpong memang gampang mencari pohon ini,

Karena kalau bantah-bantahan sama Mbah ujung-ujungnya malah pakeukeuh-keukeuh, ibu bilang sama Bapak aja. Bapak yang amat sangat mengerti karakter Bapak Mertua dan Istrinya yang sama-sama keras kepala, akhirnya mengambil alih masalah ini. Halah, lebay banget kalimatnya, hehehe.

Hari Minggu lalu, beberapa dahan pohon pinus itu di tebang sama Bapak. Hanya dahan yang arah tumbuhnya mengganggu kabel saja. Dahan-dahan yang berlainan arah, di biarkan tetap tumbuh. Hohoho, senangnya hati ibu. Pohon pinus itu  masih tetap setia berdiri di halaman, dengan daun-daunnya yang rimbun.

Fauzan nangkring di atas tangga yang ada di bawah pohon pinus, sambil menikmati buah jambu batu. Inginnya sih dibuatkan rumah pohon tuh. Mudah-mudahan kesampaian ya A..

Barusan ada seorang tetangga yang berkomentar, "Kenapa ngga di tebang dari bawah sekalian pohon pinus ini ?". Komentar yang sebenarnya membuat ibu agak gimana gituh :D.
Ibu jawab, kan sudah beberapa dahan di pangkas, yang mengganggu kabel
Si tetangga masih dengan pendapatnya, kalau nanti pohon pinus makin besar, makin susah menebangnya.
Ibu bilang, pohon pinus itu memang ngga boleh di tebang habis, karena ibu suka. Itu aja alasannya.
Untungnya si tetangga ngga membahas lagi dan berlalu.

Sebenarnya, apa sih yang membuat ibu mempertahankan pohon pinus itu. Hmmm, apa ya. Susah buat di terangkan dengan kata-kata, hehe. Menatap pohon pinus itu, membuat ibu merasa damai, adem, kesannya romantis. Apalagi jika gerimis datang, titik-titik air yang menimpa daun-daunnya itu. Atau sesaat setelahnya, sisa-sisa air hujan di ujung-ujung daun. Ah, indah deh pokoknya. Nah, alasan seperti ini kan susah di terima Mbah-nya Fauzan :D. Pohon pinus itu juga banyak memberi inspirasi buat menulis kata-kata indah.

Pohon pinus itu juga banyak menyimpan kenangan tentang masa kecil. Selain kebun teh dan padang rumput. Anak gunung banget .... :)

Postingan ini hampir mirip dengan postingan Mama Vania ya :)

19 komentar :

  1. Hal ini yang kadang nggak bisa dimengerti oleh orang-orang yang maunya praktis saja ...

    mereka telah kehilangan sisi "hidup" nya ...

    Saya paling nggak suka dengan orang yang suka maen tebang ...

    Kalau dirapihkan dahan yang mencuat sana-sini ... naaahhh itu baru saya setuju ...

    Pohon itu asik lho ... bikin adem ... luar dan dalam ...

    Salam saya Ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya orang2 di sekeliling rumah saya masih suka menanam pohon & yang lain kok Om, termasuk rumah saya yang rimbun dengan tanaman hasil tangan Mbah-nya Fauzan.
      Pohon pinus ini jadi debat2an karena salah menanam dari awal. Seharusnya di tanam di sisi rumah, bukan di depan. Tapi kalau harus menebang yg sudah ada & di ganti dengan yg baru di sisi lain, buat saya lama nunggu gedenya :D.

      Ayo Om main ke Parongpong, di sini masih banyak pohon.

      Hapus
    2. Lyliana ThiaRabu, 29 Mei, 2013

      kalau pohon lain harumnya ndak sama seperti pohon pinus bu Dey.. hehe..

      Hapus
    3. hehehe, mama Vania terpesona sama aroma pinusnya ya ..

      Hapus
  2. Lyliana ThiaRabu, 29 Mei, 2013

    Aaah tidaaak... Jangan ditebang Bu Deyyy..

    hihihi...
    Aduuh mupeng kayak Aa Fauzan tuh, nangkring di bawah pohon pinus... hmm.. asiknya... kapan yaaaaa bisa nangkring kayak gitu juga.. hahaha..

    abaikan sj tetangganya Bu Dey kan dah gak ganggu,, hehe,..

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang asik ngeliat fauzan nangkring gitu dan waktu tangganya di ambil, Fauzan pun menangis :D

      Hapus
  3. Pohon pinus deket rumahku udah ditebang, bu sama tetangga (di depan rumahnya sih)
    padahal bagus bgt, pemandangan jg jadi cakep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, pohon pinus itu bikin indah pemandangan.

      Hapus
  4. iya, begitu saya baca ada pohon pinusnya, jadi ingat postingan mama Vania. hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi, idenya sama2 pohon pinus.

      Hapus
  5. Kalau di tebang habis kan kasian Fauzan nya gak bisa naik naik pohon pinus lagi.

    Berarti keluarganya Mbk. Cinta lingkungan.

    Salam lestari dari Jember

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fauzan naik pohon jambu aja deh .. hehe

      Hapus
  6. blogger Bumi LasinrangKamis, 30 Mei, 2013

    kalau bisa protes burung gereja akan demo kalau pinus dan hutan ditebangi kemana mereka tinggal

    BalasHapus
    Balasan
    1. di sekitar rumah saya masih banyak burung gereja lho, karena memang masih banyak tumbuhan disini.

      Hapus
  7. Menebang pohon hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja dan beres, namun menumbuhkan 1 cm pohon bukan perkara yang mudah membutuhkan waktu yang sangat lama apalagi sudah menjadi pohon besar.
    Kalo mengganggu kabel kan tinggal merapikan dahannya saja, nggak perlu terlalu repot menebangnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak, yang di takutkan bapak saya itu, kalau2 musim angin datang. Karena pohon pinus tidak sekuat pohon cemara.
      Tapi setelah di pangkas bagian atas & sebagian dahan, mudah2an tidak menggangu jika musim angin dan kabel2 yg ada.

      Hapus
  8. iya, saya sepakat sama mba dey, pohon pinusnya jangan ditebang. Saya seneng kalau liat banyak pohon-pohon gede. Sayangnya rumah saya ga punya pohon-pohon gede...

    BalasHapus
  9. Lidya FitrianJumat, 31 Mei, 2013

    yaaa bu aku belum sempet naik kok ditebang :)

    BalasHapus
  10. sangat asri kalau melihat pohon,,apalagi di halaman rumah,,,

    BalasHapus