Kangen Sahabat Lama

Kangen sahabat lama. Yup, ibu lagi pengen ketemu salah seorang sahabat lama. Pertemanan kami di mulai saat masuk kelas 1 SMA, tahun 1988. Dia memang anak yang ramah, mudah berteman dengan siapa saja. Pun dengan ibu yang berbeda SMP.

Memang sih, awalnya kakak ibu yang mengenalkan. Karena tahu masuk SMA yang sama, kakak ibu cerita kalau ada adik temannya yang sama-sama jadi siswa baru disana. Ya udah ibu cari, ibu ajak kenalan. Dan ternyata kami sekelas dari kelas 1 sampai kelas 3 SMA. Jurusan yang kami pilih sama saat naik kelas 2 itu, makanya sekelas lagi.

Karena sifatnya yang bersahaja itu, banyak banget yang pengen jadi sahabatnya. Dan ibu sering di cuekin tuh sama beberapa orang yang ingin bersahabat dengannya. Inget banget, waktu kelas 1 SMA, ada tugas kelompok. Waktu pembagian kelompok, ada seorang teman perempuan yang langsung menarik sahabat ibu ini untuk bergabung bersamanya. Keliatan banget ibu ngga boleh bareng. Hiks ... iya sih, sahabat ibu ini memang cerdas dan pintar.

Lucunya, saat kami duduk di kelas 2 dan 3 SMA. Selama dua tahun ini, walau kami sekelas, tapi sepertinya tidak banyak yang tahu kalau kami sangat dekat. Apalagi ibu punya geng sendiri, dia juga. Udah gitu, karakter kami berdua beda jauh :D. Dia kalem, lemah lembut. Sementara ibu ? Rame dan heboh. Gimana teman lain mau percaya kalau kami berdua bersahabat ya. Jarang keliatan bareng-bareng pula.

Padahal nih ya, ibu tau banyak tentang dia, begitu juga sebaliknya. Kalau mau tahu baik dan buruknya ibu, bisa tanya sama dia.

Sejak lulus SMA, kita jadi jarang ketemu karena berbeda arah yang di tuju. Jarang kontak pula. Yang namanya sahabat sejati, selalu ada yang di ingat ya. Seperti halnya saat dia memutuskan berhijab, dia memilih tanggal lahir ibu. Duh .... padahal ketika itu kami sudah amat jarang bertemu karena kegiatan yang berbeda.

Wie, kangen ih, banyak yang pengen di ceritain nih. 
Banyak kejadian yang udah kita alami bareng-bareng. Inget ngga sih, waktu lulus SMA dan mau ikut UMPTN. Wie nginep di rumah. Ngisi lembaran formulir yang bikin bingung, sebingung kita memilih jurusan, hehehe.

Inget juga ngga, tahun 1997. Ada satu kejadian yang membuat Dy termehek-mehek, Wie dan Aas setia menemani sampai malam, mendengarkan semua rasa yang bikin sesak saat itu.

Sampai sekarangpun, kami jarang kontak (persahabatan yang aneh, heheh). Sms, telpon atau yang lain. Tapi jangan ditanya kalau sudah bertemu, semua cerita keluar, hehehe. Curhatan ala emak-emak atau cerita yang lain.

Ssstttt, sebenernya rumah kami tidak terlalu jauh lho, hanya sekitar 8 km jaraknya. Naik angkot juga sebentar. Dan kadang-kadang kalau ada waktu, ibu suka ujug-ujug main ke rumahnya. Kadang-kadang pula, kami bertemu di jalan, ketika dia mau berangkat mengajar dan ibu habis mengantar Fauzan sekolah. Itupun ngga ngobrol, hanya dadah-dadah dari jauh.

Maklum sih, dengan status yang sudah menikah dan punya anak. Kesibukan utama pasti mengurus keluarga masing-masing.

Sahabat ibu pasti ngakak nih bacanya, hihihihi. Ngga apa-apa ya Wie kalo sebagian kecil kisah kita di tulis di sini. Kisah saat kita masih suka galau ngga tentu.

Ada kalimat begini, sahabat itu seperti bintang di langit. Jauh sih, tapi cahayanya tetap terlihat. Kadang menghilang, tapi sebenarnya tetap ada. Ya, seperti persahabatan kami.