TopMenu

Selasa, 31 Juli 2012

Anak itu ...

Senin kemarin, ada pelajaran  Bahasa Indonesia di kelas Fauzan, disuruh menuliskan tentang keluarga masing-masing. Nama orang tua, pekerjaan dan kegiatan pagi hari. Waktu sampai rumah, ibu baca lagi tulisannya. Dan ada yang membuat ibu & bapak terbahak-bahak.

Menuliskan nama orang tua sudah benar, pekerjaan ibu juga benar, dia tulis ibu sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan bapak nih, dia tulis sebagai 'tukang las komputer'. Hahahaha, ada ya tukang las komputer. Alasan Fauzan sih, kan bapak suka benerin komputer. Hihihihi .....

Walau sudah kelas 2 SD, masih aja ada kata-kata polosnya yang bikin kami senyum-senyum. Satu hari pernah juga tiba-tiba bertanya, "Ibu, kalau nanti Mbah meninggal masih bisa lihat Aa gak ? Lihatnya darimana ?"
Ibu, "dari surga."
Fauzan, "o iya ya, kan di surga ada komputer juga ya bu. Nanti Mbah bisa liat lewat video ya. Kan kata ibu kalau di surga itu semuanya ada."
Qeqeqeq, liatnya lewat you tube ya A ....

Hal lain tentang Fauzan, dia sempat ibu bawa ke psikolog anak sewaktu liburan sekolahnya sebulan yang lalu. Ada masalah apa ? Ah, ini sih ibu yang penasaran aja sebenernya. Itu lho, kemauan & kemampuan dia menulis pakai pensil yang tidak pernah tuntas. 

Pertemuan pertama dengan psikolog, hanya ngobrol aja, semacam wawancara gitu deh. Ditanya tentang riwayat lahir Fauzan, kebiasaan dan yang lain. Dengan meilhat Fauzan yang tidak bisa duduk manis, psikolognya udah komentar, anak ini selalu bergerak. Sempat dibahas juga tentang integritas sensorik. Yaitu kemampuan otak mengolah input yang masuk. Apakah input itu akan disimpan di dalam memori atau direspon dengan sebuah reaksi.

Dilihat dari riwayat lahirnya, dari ibu yang pre-eklamsia juga dengan Berat Badan Lahir Kurang (hanya 1,825 kg), ditakutkan ada saraf sensoriknya yang tidak berkembang dengan baik. Jadi harus ada tes dulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Jika memang saraf sensoriknya yang tidak berkembang, akan disarankan ke Neurolog (dokter spesiali saraf). Aduhhh, mendengar ini agak takut juga. Takut kalau Fauzan harus minum obat-obatan kimia.

Seminggu kemudian kami berdua datang lagi, Fauzan melakukan tes di ruangan bersama psikolognya. Ibu menunggu di luar. Kurang lebih satu jam, selesai sudah tesnya. Hasilnya baru didapat 3 hari kemudian. Hasil sementara sih, Fauzan tidak hiperaktif, karena dia masih bisa memahami perintah. Tapi memang kalau mengerjakan sesuatu tidak fokus dan tidak tuntas.

Setelah dag dig dug nungguin hasil selama 3 hari, ibu datang sendiri ke psikolog. Alhamdulillah tidak harus ke Neurolog, hanya perlu treatment di rumah juga tidak harus mengikuti terapi khusus dengan seorang terapi. Juga ada pola asuh yang perlu diubah. Psikolog bilang, ibu terlalu over servis dan over protective terhadap Fauzan. Iya, ibu mengakui itu dan bukan tanpa alasan ibu melakukannya. Tanpa ibu cerita, psikolognya udah nambahin, "saya maklum kok kenapa ibu berlaku seperti itu, dengan riwayat lahir seperti ini. Tapi sedikit-sedikit agak tega aja ya bu."

Ya gimana, bisa dibaca di beberapa postingan di blog ini, Fauzan itu ringkih, sering banget sakit. Setahun kemarin aja udah 2 kali masuk Rumah Sakit. Makan jajanan sedikit, tenggorokannya radang. Capai sedikit, badannya panas.  Sementara anaknya itu yang aktif banget, gak bisa duduk tenang. 

Soal badannya yang gampang sakit, ibu sudah pernah juga periksa labolatorium. Tidak ada penyakit serius, hanya soal daya tahan tubuhnya yang tidak bagus. Dokter bilang, seiring bertambahnya umur, daya tahan tubuhnya juga bertambah. Alhamdulillah, setelah opname terakhir bulan Maret lalu, sampai sekarang Fauzan belum pernah ke dokter lagi. Duh, jangan sampai ya Nak .. sehat terus.

Balik lagi ke hasil tes psikologi, Fauzan itu memiliki kecerdasan yang tinggi, kemampuan teori lebih menonjol dibanding kemampuan praktis. Mudah menyerap informasi, kemampuan abstraksinya sangat baik, memahami konsep berhitung, membedakan bentuk secara detail, cukup memiliki kreatifitas. Dengan kemampuan seperti ini, sebenarnya tidak akan mengalami kesulitan dalam bidang akademik.

Kalau sekarang tidak pernah selesai jika menulis memakai pensil, bukan masalah motorik halusnya. Masalahnya adalah, Fauzan mempunyai rentang konsentrasi yang pendek, mudah teralihkan perhatiannya, tidak bisa duduk tenang, kurang memiliki keteraturan. Jadi tidak tuntas dalam menyelesaikan tugas apapun. (Setelah ibu amati, memang iya, bukan hanya menulis yang tidak tuntas, makanpun tidak pernah cepat selesai, mewarnai, menggambar, dan beberapa hal lain).

Disarankan untuk diperbanyak lagi kegiatan di luar rumah, salah satunya adalah berenang dengan tersetruktur, jadi harus dengan pelatih khusus, bukan sekedar berenang biasa. Juga hiking dengan medan sedikit berat dibanding anak-anak seusianya. Untuk hiking memang sudah kami lakukan, seminggu sekali ke perkebunan teh Sukawana. Berenangnya nih, belum dapat tempat harus dimana. Inginnya sih di sekitar Parongpong atau Lembang saja, tanpa harus ke kota.

Selain itu, menonton TV dan bermain komputer hanya boleh 1 jam sehari (Ternyata ibu ngasih waktu kebanyakan. Selama ini Fauzan itu nonton TV 1 jam pagi, 2 jam siang, 2 jam sore). Langsung ibu terapkan dan berhasil. Walau sedikit ada protes, tapi masih nurut setelah dikasih alasannya. 

Di meja belajar gak boleh ada barang lain yang menarik perhatiannya. Pernak-pernik di meja belajarnya sedikit-sedikit ibu kurangi. Disarankan juga untuk dibuatkan jadwal yang teratur yang sebelumnya didiskusikan dulu dengan Fauzan. Orang tua gak boleh langsung buat aturan.

Selama ini memang sudah ada aturan, tapi terkadang ibu yang melanggarnya. Hiks ... jadinya si anak jadi bingung perintah. Soal bingung perintah, ini juga terkait dengan Bapak dan Mbah sebagai orang dewasa disekeliling Fauzan. Ibu akui, sering kali ibu dan Mbah berbeda perintah untuk Fauzan. Ibu membolehkan, Mbah ngga. Atau sebaliknya. Kalau dengan bapak sih, masih bisa dibisikin sebelumnya, jadi jarang banget berbeda aturan. Khusus hal ini, ibu jadi punya tugas baru, gimana caranya ngasih tau Mbah supaya gak tersinggung. Hehehehe, soalnya ibu sama Mbah itu punya karakter yang sama. Sama-sama keras kepala dan ngeyelan.

Ibu juga sudah ngobrol dengan gurunya di sekolah, supaya Fauzan selalu duduk di depan dan jangan bosan menegurnya bila konsentrasinya mulai gak fokus. Sebenarnya inipun sudah ibu lakukan sejak kelas 1 dan gurunya pun mau mengerti.

Mudah-mudahan aja dengan hasil ini, ibu dan bapak bisa mengoptimalkan kemampuan Fauzan. Bukan Fauzan aja sih yang memperbaiki kebiasannya, tapi kami juga sebagai orang tuanya. Sadar diri deh, ibu sama bapak belum menjadi orang tua yang baik buat Fauzan. Tapi kami berusaha untuk itu.

 
  Gini nih becandanya anak laki yang selalu bergerak. Emaknya udah dandan cantik, kok di ajak bela diri.
 
Ada yang punya anak dengan karakter hampir sama dengan Fauzan ? Mungkin bisa berbagi disini.

39 komentar :

  1. ambil tikar dulu ah.. setelah itu baru baca :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak usah bawa sendiri, udah disediain kursi kok .. :D

      Hapus
  2. saya masih belum punya anak bu Dey, tapi saya punya keponakan yang karakternya mirip Fauzan, namanya Teja Jayasarana :p

    titipin saya aja Bu kalau cuma belajar renang atau hiking.. dijamin deh pulangnya Faujan malah suka keluyuran hehehe

    eh tuh jurus apa Fauzan, jurus metal ya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe, nama keponakannya kok mirip sama nama Mbah & kakeknya fauzan ya .. :))

      eh, beneran lho, andai deket ama Mas Lozz, fauzan saya titipin aja, suruh temenin naek gunung. Emaknya udah gak kuat kalo hiking dengan medan yg berat.

      Iya tuh, jurus jari metal .. hihihi

      Hapus
  3. tipe fauzan itu mirip dengan nedia (anak pertama saya), sempat juga ke psikologi itu karena dia sempat mogok di kelas 3. Kesalahan saya adalah kurang strict sama dia. Namun Alhamdulillah dengan cara2 yang saya pelajari dari psikolog, pengalaman orang dan buku2...sekarang sudah mulai memetik hasilnya...
    Untuk stamina fauzan....kasih madu biar ok mbak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fauzan sempet mogok saat dari PAUD ke TK, makanya di TK cuma 1 tahun aja. Untungnya saat itu umurnya masih 4 tahun, jadi saya gak paksa untuk sekolah. Sekarang sih dia menikmati sekolahnya, cuma ya gitu, kalau ngga sering di tegur, pekerjaan sekolahnya suka gak selesai.

      Ini saya baru memulai merubah pola asuh yang salah. Mudah2an bisa lebih baik seperti Nedia.

      Nuhun sharing & sarannya Bang ...

      Hapus
  4. ibu terlalu over servis dan over protective terhadap Fauzan ...

    Saya rasa setiap ibu, bunda, ami, mama akan seperti itu ... ingin melayani dan memproteksi anak-anaknya ...
    dan yes indeed ... tinggal porsinya nih ...
    dan celakanya tak ada formula yang bisa diutak-utik ... semua pakai hati ... semua pakai nalar ...

    Kalau boleh sedikit saran ...
    saya rasa energi tersebut bisa kita salurkan ke kegiatan diluar sekolah ... misalnya beladiri ... ikut kegiatan sanggar menggambar ... olah raga ... atau apapun hal/kegiatan lain yang Fauzan suka ...

    salam saya Dey ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener om, selama ini sih saya merasa tidak over, karena saya pikir, saya melakukan apa yang seharusnya ibu lakukan terhadap anak. Tapi penilaian orang ternyata lain.

      Di sekolahnya ada ekskul beladiri, tapi baru bisa ikutan nanti kelas 3, sekarang belum boleh.
      Sekarang sih paling2 dia main sepeda, saya ajak hiking, jalan2pun lebih sering ke alam terbuka. Biar dia bebas mau lari2an.

      Makasih ya Om ...

      Hapus
  5. he he he aa uzan mah ada ada jawabannya ya mba....kebayangnya syurga teh sebuah kota juga.. ha ha ha lucu pisan..

    he he he soal bingung perintah, sama mba aku juga sampe sekarang masing dialami sama anakku... soalnya biasanya neneknya sama bundanya suka beda pendapat soal pengasuhan he he he... tapi mungkin tujuannya sama aja untuk yang terbaik....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, ya gitulah anak2 ...

      iya, tujuan kakek nenek pasti baik buat cucunya. Cuma kadang caranya suka gak klik ama kita.. :)

      O iya, jadi inget komentar jeng Wati waktu liat Fauzan di Taman lalu lintas, katanya ,"ternyata masih ada yang lebih aktif dari I-an."
      Hihihi... I-an mah termasuk kalem atuh ya ...

      Hapus
  6. Fauzan cerdas ya bu..harus kompakan dulu ma mbah brarti ya bu biar fauzan gak bingung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak2 itu dengan kecerdasannya masing2 bu.
      Kecerdasan itu juga bisa berubah jika dia remaja, tergantung lingkungan, stimulasi, dll. Itu kata psikolog kemarin.

      Iya nih, ngompakin caranya itu yg sedkit perlu kerja keras, heheh ...

      Hapus
  7. Waktu masih play group, anak saya juga sempat di bilang hiperaktif sama gurunya bu. tapi memasuki usia Tk pelan-pelan sifatnya mulai berubah, mulai bisa terkontrol sikapnya. Sekarang setelah masuk SD alhamdulillah, hiperaktifnya benar-benar berkurang.

    Memang benar bu, kalo menonton tv terlalu lama bisa membuat gangguan konsentrasi anak jadi terganggu. dokter langganan kami juga menyarankan anak-anak nonton tv paling lama hanya 1 jam setiap harinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan hiperaktif kali Mom, cuma aktif aja kayak Fauzan. Kalau anak hiperaktif itu (menurut psikolognya), salah satu cirinya adalah sulit memahami perintah. Kalau sekarang terkontrol, berarti gak apa2 kan. Kadang guru atau lingkungan gampang banget bilang hiperaktif, padahal kan harus ada tes-nya dulu.

      Iya, TV itu bikin gak fokus sama pelajaran.

      Hapus
  8. Ahh aa ujan ada ada aja

    Berhubung belom pengalaman menghadapai anak seperti itu, tapi sering denger dari beberapa sahabat..
    Ya begitulah anak laki-laki..
    Yang penting sekarang udah ga penasaran lagi kan?
    Tinggal bagaimana cara nya saja, menerapkan trik2 yang di berikan oleh psikolog teh..

    Cuma kalo boleh saran..
    Jangan terlalu Over Protective juga, biarkanlah lepas, memberikan kebebasan, asalkan tetep kita pantau..
    Setuju dengan Om Nher, menyalurkan Aa Ujan ke kegiatan luar..
    Masalah Aa sering ringkih, coba deh minum madu aja tiap hari satu sendok pagi atau sore, insyaallah kuat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, sekarang ortunya aja yang harus bisa merubah kebiasaan. Terutama emaknya nih, agak tega dikit. Jangan2, emaknya yang perlu konseling ya .. hehehe

      Nuhun sarannya ya nchie ....

      Hapus
  9. Hehehe, namanya anak² kalau ditanya hal kayak Fauzan pasti ngalor ngidul :) dan susah untuk di perintah, tapi ntar pasti kan berubah kok Bu Dey #faktanya saya hi hi yang dulu seorang yang tengil sekarang pemalu :D #. .

    Semoga Fauzan selalu diberikan kesembuhan dan taat pada semua perintah Agama dan orang tua # AMIN

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, ada pengakuan dari kang Sofyan, hehehe ...

      Amin, makasih ya ...

      Hapus
  10. Belajar dari tulisan ibu tuh tiap anak pnya kemampuan sendiri2 kayak fauzan anak aktif yang gemar olahrga yaa bu..


    Niar belajar kalau jadi orang tua agak tegaan sedikit biar gag manja :D padahal yaa gag tega :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Niar, anak yang ortunya sama aja pasti beda karakternya.

      Jadi, kapan Niar jadi ortu ? *lho .. :D

      Hapus
  11. Fauzan mo nyaingi iko uwais :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, jadi artis laga yang dikelilingi wanita cantik dong ...

      Hapus
  12. Kalau saya sengen-seneng susah menghadapi ponakan Bu Dey, tapi banyak senengnya sih daripada susahnya, biar nakal sekalipun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, emang banyak senengnya kalau liat dunia anak2 itu ... kepolosan mereka yang suka bikin seneng.

      Hapus
  13. Reni Dwi AstutiSelasa, 31 Juli, 2012

    halo fauzan dan mbak dey...
    salam kenal dari kayla dan tante reni yaa...
    fauzan, kayla juga sdh kelas 2 skr...semoga fauzan sehat selalu ya...
    mbak aku link ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mbak Reni, sekitar thn 2008-an kita udah saling nge-link lho .. tapi karena saya ngerubah2 template blog, link mbak Reni kehapus & saya lupa lagi.
      Jadi, gak usah kenalan lagi ya ... hehehehe

      Makasih mbak ..

      Hapus
  14. Hany Von GillernRabu, 01 Agustus, 2012

    Suka lihat foto mbak Dey sama Fauzan ;)

    BalasHapus
  15. ya butuh di kurangi tvnya saya setuju banget... intinya anak kecil itu harus bergerak banyak.... semoga anaknya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak berguna.... salam...

    BalasHapus
  16. nambah pengalaman tentang bentuk perhatian ke anak-anak. Teh dey begitu perhatiannya ke fauzan. Sampai detailpun di konsultasikan ke psikolog. aku ada teman yang anaknya aktif cenderung luar biasa aktif, pokoknya enggak bertingkah sesuai usianya. tapi orang tuanya bener-benercuek sama perilaku anaknya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. beda2 tipis antara perhatian dan parno .. hehehe.

      Hapus
  17. Ah, Aa memang unik bgt ya Bu :)
    jadi pelajaran tersendiri buat Orin, hatur nuhun^^

    BalasHapus
  18. 1. meak saya juga over protective kepada saya karena mungkin masih trauma dengan meninggalnya kakak saya yang baru berumur 2 tahun.Pengaruh terhadap diri saya ya hanya waktu saya kecil agak penakiut. tetapi dengan berkembangnya waktu maka saya toh juga gak takut jadi tentara.

    2. Itulah bedanya antara emak dengan emak2 yang lain utamanya yang tinggal di kota. Sedikt-sedikit konsultasi ke psikologi, dll. Emak sih gak pernah ke psikolog he he he.

    3. Yang harus diperhatikan adalah kesehatannya tanpa cemas yang berlebihan.

    4. Kelakuan anak memang macam-macam, namun mereka akan menemukan jati dirinya setelah besar kelak.

    5. Bersandarlah kepada Allah swt karena DIA yang memberi amanah berupa anak kepada kita.

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. fauzan juga percaya dirinya kurang karena saya protektive.

      2. hihihihi, saya juga tinggal di kampung lho Pakdhe & baru sekali ini ke psikolog.

      3. iya, saya banyak khawatirnya.

      4. mudah2an fauzan begitu juga ya ..

      5. Amin ...

      Matur nuwun sharingnya Pakdhe ..

      Hapus
  19. Niken KusumowardhaniKamis, 02 Agustus, 2012

    Saya memang tidak punya anak seaktif Fauzan, tapi sekedar berbagi pengalaman ya bu Dey...
    Anak sulung saya dulu juga bolak balik sakit. Sampai kasihan minumin obat ke dia. Ke dokter spesialis anak, gastro, dll selalu dikasih antibiotik ini dan itu. Alhamdulillah kami akhirnya bertemu dgn dokter yg bgtu teliti mengoservasi anak saya. Ternyata penyakitnya adalah alergi thd debu dan kecoa. Jadi selama ini obat2 yg dikonsumsinya tdk tepat. kata dktr itu, yg hrs diobati alerginya bu, bukan batuk, amandel, sinus, paru2 dll.
    Dan benar saja, skrg sulung kami sdh sehat dan tau bgmn mengatasi kalau alerginya kumat. Tak lagi menyentuh antibiotik.
    Maksud saya cerita ini adalah, kdg kita bahkan dokter salah dlm memberi obat, shg anak jadi bolak balik sakit. Sb mmg bkn penyakit sesungguhnya yg diobati.

    Maaf kepanjangan ya bu Dey...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya termasuk ortu yang gak nurut sama dokter mbak, sering antibiotiknya ngga saya tebus atau gak saya minumin ke fauzan. Ya itu, karena takut efek sampingnya.
      Terakhir saya bolehin dikasih antibiotik karena positif kena typus.
      Selama ini fauzan lebih sering di kasih obat herbal.
      Makasih ceritanya ya Mbak ...

      Hapus
  20. PAscal juga kurang aktivitas luar rumahnya di bun kecuali d sekolah. jelas aja ibunya perhatian ya kan anaknya sendiri wajar hehehe

    BalasHapus