Selasa, 29 Maret 2011

Jadi .. ???

#Tulisan yang sebenernya udah pernah di posting di FB, ada beberapa tambahan sih ... #

Tadi pagi, ada teman datang berkunjung. Awalnya cuma tanya soal tabungan pendidikan. Lama-lama merembet ke soal sekolah anak masing-masing. Masih nyambung juga kan ...

Teman itu mengeluh, anaknya (laki-laki, sekarang kelas 1 SD) sejak TK B mulai murung, ngga aktif seperti biasanya, sering menyendiri, gak mau gabung sama temen2-nya kalo maen.
Emang iya sih, biasanya kalo maen kerumah, tu anak bisa heboh maen ama fauzan, rebutan maenan, dll. Tapi tadi, dia banyak diemnya, banyak ngalahnya. Kirain sakit, ternyata ...

Setelah lulus TK, si anak sempet bilang sama ibunya, "aku libur sekolah dulu ya, yang lammaaaaa ...".
Tapi tetep aja dimasukin ke SD, dengan alasan umur dan takut ketinggalan dengan temen-temennya yang laen.
Menurut ibunya sih, si anak berubah seperti itu karena sejak TK B, dia mendapat pelajaran yang agak berat  untuk ukuran anak TK. Meski ada juga sih yang bilang, pelajaran seperti itu biasa-biasa aja. Yaa, para ortu udah tau kali ya, sekarang di TK itu udah diajarin membaca, menulis, berhitung (meski ngga semua TK kayak gitu lho ..). Dengan alasan, buat masuk SD nantinya.

Ini deh di kasih kutipan tulisan Dra. Adriani Purbo Psi. MBA di disini :

Berbicara tentang pendidikan anak usia dini, Sebenarnya sah-sah saja mengajarkan pelajaran baca tulis pada anak-anak TK, asalkan anak sudah siap untuk menerima pelajaran tersebut atau biasa disebut sebagai sudah muncul masa pekanya. Adanya kesiapan atau kepekaan tersebut, biasanya muncul pada usia sekitar 4 tahun - 6 tahun. Hal ini misalnya ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan-kegiatan pra membaca dan pra menulis seperti adanya kematangan visual motorik untuk dapat memegang alat tulis dengan benar atau meniru beberapa bentuk sederhana, kemampuan memusatkan perhatian, keinginan atau minat yang kuat untuk melihat gambar-gambar/tulisan di buku atau sekedar membuka-buka buku/majalah, senang bermain dengan huruf-huruf, dsb.

Selain memperhatikan masa peka anak untuk belajar baca tulis, penting pula untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pelajaran baca tulis tersebut. Mengacu pada karakteristik umum anak TK, dimana aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka, maka perlu diingat bahwa dalam memberikan pelajaran baca tulis pada anak TK hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak memaksa anak. Pendekatan informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor bermain tampaknya menjadi sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran baca tulis anak-anak TK. Pendekatan informal yang dapat dilakukan, misalnya membacakan buku cerita sambil memperlihatkan gambar dan tulisan di buku/majalah yang sedang dibacakan, menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang bermain atau kamar tidur anak, mecoba meniru bentuk lingkaran/garis atau huruf tertentu, mengajak anak menonton film yang bersifat mendidik sekaligus menghibur sehubungan dengan pelajaran baca tulis, bermain tebak-tebakan huruf, menelusuri bentuk huruf dengan jari, dsb.

Proses belajar menuju kemampuan baca tulis pada anak TK sebaiknya tidak dilakukan dengan pendekatan formal, seperti layaknya anak-anak SD. Karena hal ini dikhawatirkan akan membuat anak merasa tertekan dan jenuh, mengingat kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi pada satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas dan secara umum anak masih berada dalam dunia bermain. Apalagi bila dalam memberi pelajaran tersebut dilakukan dengan kekerasan, misalnya disertai dengan bentakan-bentakan, hinaan atau ejekan manakala anak belum mampu mengikuti pelajaran baca tulis yang diberikan, maka bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak rendah diri, yang justru hal ini akan menghambat perkembangan kemampuannya secara optimal kelak kemudian hari.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain sambil belajar, merupakan cara terbaik menuju kemampuan baca tulis pada anak TK. Guru dan orang tua hendaknya saling bekerjasama untuk dapat memberikan cara belajar dan mengajar yang sesuai untuk anak-anak TK mereka. Orangtua atau guru perlu menyesuaikan cara mengajar baca tulis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tiap anak.

Mengharuskan semua anak TK untuk bisa baca tulis, tampaknya menjadi hal yang kurang bijaksana mengingat setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan belajar baca tulis yang berbeda satu sama lainnya. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang penting untuk dapat diajarkan pada anak TK, ketimbang hanya terfokus pada kemampuan baca tulis semata, misalnya penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab serta budi pekerti yang baik. Stimulasi terhadap kecerdasan intelektual anak, seperti pada kegiatan baca tulis, memang penting, namun perlu diupayakan jangan sampai stimulasi terhadap kecerdasan intelektual terlalu berlebihan sehingga cenderung memaksakan anak dan melupakan aspek-aspek kecerdasan lain yang juga perlu mendapat stimulasi seperti kecerdasan sosial, emosional, dsb, yang semuanya sangat diperlukan agar dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi masa depannya kelak.

Untuk kasus anak temen ibu ini, berhitungnya udah sampe perkalian, ck..ck..ck, belum lagi di tambah PR. Dan  ternyata anaknya belum siap menerima itu semua.

Dilema juga sih, ntar kalo masuk SD trus temen-temen yang lain udah bisa baca tulis berhitung gimana ? Dipaksain, kok ya kasian anaknya. Caranya kali ya .. Mungkin ada yang mau berbagi cerita soal ini..

Fauzan juga pernah kok ngga mau sekolah,  Saat umur 3,5 tahun dia ikut PAUD deket rumah. Setahun kemudian, mau dimasukin TK, tapi dia menolak. Mungkin dia jenuh waktu di PAUD-nya. Ya sudah, selama setahun libur dulu, banyak main + belajar di rumah. Pas usianya 5,5 tahun, baru deh masuk TK B. Alhamdulillah sampe sekarang dia menikmati hari-hari sekolahnya, malah suka nangis & marah kalo diajakin bolos. Mudah2an aja selamanya senang sekolah (biar ortunya ngga senewen ..hehehe).

Sekarangpun sebenernya di sekolah Fauzan ada les calistung, seminggu 4 kali pertemuan. Fauzan gak mau ikutan, bosen katanya. Kayaknya sih karena dia sudah bisa baca. Ya udah, gak dipaksa. Biarin aja deh (kecuali les mengaji ya, kalau yang ini memang sedikit dipaksa kalau dia mulai jenuh)

Jadi ... ???

3 komentar:

  1. calistungnya pakai metode apa bun? Pascal sih belum ikut les apapun

    BalasHapus
  2. @Lidya, gak tau bun, metode apa namanya. Yg berhitung mah pake simpan di otak keluar jari .. yg kayak gitu.
    Fauzan juga gak les calistung, cuma pelajaran sekolah aja. Kecuali privat mengaji di rumah.

    BalasHapus
  3. Bener sekali, Bund. Musti tunggu kesiapan anak. Kelihatannya Destin trauma dengan baca tulis, deh. Kalo diajakin belajar pasti langsung murung. Dulu memang ikut les celistung. Yg bikin kecewa sih guru TK-nya sering menjatuhkan ental anak dengan mengolok2 di kelas jika tak bisa membaca.
    Untuk hitungan memang sudah bagus sih karena dulu sering kuajakin main sambil berhitung.

    BalasHapus