TopMenu

Jumat, 19 Januari 2018

Sepanjang Jalan Itu

Sepanjang jalan itu - Tadi pagi mengantar Fauzan ke salah satu klinik di Lembang. Sudah dua hari dia mengeluhkan tenggorokannya yang sakit untuk menelan. Dan kemarin sore ketika pulang sekolah, rasa sakitnya makin bertambah. Juga batuk-batuk dan pilek. Ya sudahlah pagi ini saya ajak ke dokter untuk berobat. Terpaksa ijin tidak masuk sekolah. Berangkat naik angkutan umum saja karena beda arah dengan Bapaknya yang mau kerja. Dilanjut naik ojek karena letak klinik tidak dilalui oleh kendaraan umum. Selain naik ojek, sebenarnya bisa juga naik delman. Keretek kalau kata orang Lembang.


Kalau jalan ke klinik, selalu teringat masa-masa SMA puluhan tahun lalu *keliatan umurnya ya :-D.  Karena letak sekolah memang sekitar sini. Dulu sih selalu jalan kaki ke/dari jalan utama. Anak sekolahan mana ada uang buat naik keretek. Apalagi ojek. Kayaknya dulu juga belum ada ojek deh. Ada sih beberapa teman yang suka naik keretek dan saya pun kadang-kadang berkeretek ria kalau ada uang saku lebih. Tapi lebih seringnya jalan kaki beramai-ramai dengan teman. 

Menyusuri sepanjang jalan itu di kala masih belum banyak kendaraan lalu lalang memang menyenangkan. Asik bercanda dengan teman, apalagi bisa jalan bersisian dengan kecengan. Walah, indah nian rasanya. Tapi sungguh, ini bukan saya, hahaha. Saya tidak punya cerita indah tentang cinta jaman SMA. Kecengan ada, tapi dia ngga naksir saya. Yang naksir saya juga ngga ada. Kasian banget ya, hiks.


Ah sudahlah, lupakan tentang cerita menyedihkan itu *halah. Saya hanya mau cerita kalau tadi naik keretek lagi dengan Fauzan pas pulang dari klinik. Dia bilang lebih enak naik keretek daripada ojek. Lebih santai dan bisa nyaman liat pemandangan dengan angin sepoi-sepoi katanya. Ongkosnya juga sama. Ngasih rejeki juga sama kusirnya. Kayaknya penumpang mulai berkurang karena sekarang banyak yang punya kendaraan bermotor pribadi. Keretek yang saya naiki tadi juga lama berhenti depan klinik, cuma saya berdua penumpangnya. 

Teman-teman yang pernah main ke de Ranch, Taman Begonia, atau ke The Lodge Maribaya pasti melewati jalan ini. Sesekali bolehlah keliling Lembang naik keretek. Jangan di jalan raya Lembang, karena ramai kendaraan bermotor. Pilih keliling Jalan Maribaya - Jalan Kayu Ambon aja. Eh tapi kota Lembang sekarang sudah berbeda jauh dibandingkan jaman saya SMA. Hari libur macet dimana-mana. Ramai oleh para turis karena tempat wisata di sinipun makin banyak. Ya ngga apa-apa sih, naik keretek di tengah-tengah keramaian kota Lembang sepanjang jalan itu.

10 komentar :

  1. "...Tapi ngga ada yang naksir saya." Uuuwh...turut merasakan, Bu. :D Aa sehat-sehat, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih Idah ngerasain kayak gitu juga *saling puk2.
      Aamiin, Alhamdulillah sudah membaik karena obatnya sudah diminum. Makasih Tante.

      Hapus
  2. Tetap ada cerita yang berkesan ya, yang tak bisa terganti dengan alat canggih apapun ya Dey..... "senangnya bisa berjalan bersisian dengan kecengan.." hmmmm aq mah selalu gak bisa Dey.....da rumahnya terlalu dekat dengan sekolah... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terlalu dekat & kecengan beda arah ya :))).

      Saya juga ngga pernah berjalan bersisian dengan kecenga. Ini teringat seorang teman lain yg kalau pulang bareng saya & berusaha jalan bersisian dengan kecengannya.

      Hapus
  3. Halooo Aa Fauzan, semoga cepat sembuh ya Nak.
    Waduh..budhe sudah susah naik keretek nih Aa, naik ke badan keretek agak sulit untuk orang sepuh berbadan besar hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sekarang sudah sehat, Bude.

      Padahal asyik lho naik keretek, banyak angin sepoi2 menyapa.

      Hapus
  4. hi hi tapi khan sekarang udah Bapaknya Fauzan Bu..belum pernah semua ketempat wisata yang disebutin itu...

    moga Fauzan sekarang udah sehat ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihih, iya .. sekarang Alhamdulillah udah aman & nyaman.

      Hapus
  5. Akhmad Muhaimin AzzetMinggu, 11 Februari, 2018

    Berjalan bersisian dengan kecengan, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, bukan saya lho Pak.

      Hapus