Penyakit itu namanya jantung koroner - Sebagian besar teman-teman mungkin sudah tahu, bahwa saya baru saja menjalani operasi bypass jantung. Atau istilah kedokterannya adalah CABG - Coronary Artery Bypass Graft. Kenapa dilakukan pembedahan ini, karena saya terkena penyakit jantung koroner (PJK).
Awal mulanya sekitar dua tahun yang lalu, saat jalan ke perkebunan teh di dekat rumah, kok cepat lelah. Biasanya juga ngga apa-apa. Saya pikir karena sudah lama tidak jalan dan jarang dipakai gerak, jadi cepat capai. Tapi frekuensi sakitnya sangat jarang. Sempat saya keluhkan ke dokter spesialis penyakit dalam, katanya dari darah tinggi saya. Jika tensi tinggi, jantung biasanya membengkak. Jadi saya hanya minum obat penurun darah seperti biasa saja juga vitamin untuk jantung.
Setahun yang lalu, saya keluhkan lagi nyeri dada kepada dokter spesialis penyakit dalam yang sama. Sempat dilakukan EKG dan rontgen dada. Kata dokter tetap ngga ada apa-apa dengan jantung saya. Ya sudahlah, mungkin memang dari hipertensi dan penyakit lambung saja.
Masuk tahun 2015, frekuensi nyeri dada makin sering datang. Makin cepat lelah. Jalan dari rumah ke ujung gang yang hanya hanya beberapa meter saja sudah menyebabkan dada sesak. Menyapu halaman, mengepel lantai, pokoknya hanya melakukan aktivitas ringan sudah ngos-ngosan. Dengan kondisi seperti ini, apa ada keluarga yang tahu ? Ngga ... hehehe. Suami tahu sih, tapi saya masih biasa aja melakukan pekerjaan sehari-hari. Jadi dia masih santai aja. Apalagi saya bukan tipe orang yang mudah mengeluh.
Kenapa juga kami masih santai, karena setahun sebelumnya sudah periksa dan dibilang ngga apa-apa dengan jantung saya. Saya malah ke dokter spesialis lambung di pertengahan bulan Agustus 2015, karena saya sering merasa mual juga. Mendengar keluhan saya, dokter lambung malah menyarankan untuk ke dokter spesialis jantung. Jujur aja, ada rasa takut di hati. Bagaimana kalau ternyata benar-benar sakit jantung. Tapi daripada ngga kunjung sembuh, lebih baik cari kepastian kan.
Dua minggu setelah ke dokter lambung, tepatnya tanggal 25 Agustus 2015 - Selasa, saya berobat ke dokter Agus Thosin, spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Al Islam - Bandung. Sebelumnya dilakukan EKG. Melihat hasil EKG dan mendengar keluhan saya, dokter Agus malah tanya, "Ibu punya BPJS ?" Saya jawab punya, tapi saat periksa itu saya melalui jalur umum. Mendengar jawaban saya, dokter bilang,"Dirawat saja ya Bu, ngga apa-apa, bisa sembuh kok." Saya mah nurut aja, yang penting kan sembuh. Akhirnya dirawat inaplah selama lima hari di RS Al Islam. Selama perawatan itu, dilakukan Echocardiografi (USG jantung) juga Angiografi (kateterisasi). Dari hasil Angiografi inilah terlihat jelas ada lima penyumbatan pembuluh darah koroner saya. Yang mana ada tiga penyumbatan yang sudah mencapai 90%, salah satunya di pangkal pembuluh. Saran dokter adalah operasi bypass, ngga ada cara lain. Dengan kondisi seperti itu sudah tidak memungkinkan di pasang cincin.
Dokter yang melakukan angiografi heran, dengan usia saya yang 42 tahun dan masih mendapat haid, kok bisa kena penyakit jantung koroner. Biasanya perempuan yang masih haid itu kecil kemungkinan terkena PJK. Karena masih ada hormon estrogen yang menjaga. Kemungkinan besar karena saya mengidap hipertensi sejak usia dua puluhan dan ada faktor keturunan. Kalau buat saya pribadi, ya memang Allah sudah memberi ujian ini. Saya hanya disuruh menjalani saja. Pikiran seperti itu membuat saya lebih santai. Karena jika sibuk mencari kesalahan, malah stress sendiri.
Tanggal 29 Agustus 2015 - Sabtu, saya diijinkan pulang. Alhamdulillah, kondisi saya masih jagjag kalau kata orang Sunda. Selama lima hari rawat inap, kondisi saya tidak terbaring lemah. Ke kamar mandi juga sendiri, makan juga lahap, ditengokin temen-temen tetap cerewet. Termasuk saat ditengok teman-teman blogger, masih bisa heboh bercerita. Lha, emang selama di RS itu saya sama sekali ngga merasakan sakit. Nyeri dada, sesak , sama sekali ngga ada. Mungkin pengaruh obat yang diberikan juga saya yang tidak banyak melakukan aktivitas.
Seminggu setelah di rumah, kembali saya melakukan kontrol. Maksudnya mau ke dr. Agus lagi, tapi antrian sudah penuh. Ya sudah ke dr. Fajar Ashari, SpJP saja yang kosong. Oleh dokter Fajar kami ditanya, apa mau langsung dirujuk ke RS Hasan Sadikin. Tanpa pikir panjang, saya dan suami langsung menyetujui. Entah ya, saya sama sekali tidak terbayang rasa takut. Yang ada dalam pikiran saya hanyalah, cepat operasi, beres dan saya bisa bernapas lagi dengan baik. Sungguh, tersiksa rasanya baru berjalan beberapa langkah lalu dada kiri terasa nyeri hingga ke punggung, kesemutan menjalar sepanjang tangan sebelah kiri, sesak dan susah bernapas. Jika sudah begitu, saya hanya bisa duduk tegak, tenang dan mengatur napas. Tidur terlentangpun tidak bisa. Jika rasa nyeri menyerang saat malam hari, saya tidur dengan posisi duduk.
Tanggal 10 September 2015, saya bertemu dr. Ridho di RS Hasan Sadikin. Saya berikan rujukan dari dr. Fajar. Lalu dr. Ridho menjelaskan banyak hal tentang operasi bypass. Dan nama sayapun di daftarkan sebagai pasien yang akan melakukan operasi. Untuk melakukan operasi ini memang tidak bisa langsung. Harus daftar dulu, lalu melakunan cek kesehatan yang lain. Yaitu, gigi, THT (telinga hidung tenggorokan), faal paru, Echocardiografi (usg jantung), Elektrokardiogram (ekg), cek darah. Setelah semua beres, hasilnya diberikan kepada dr. Ridho untuk dipresentasikan ke tim dokter bedah dan jantung yang lain. Jika menurut tim dokter kondisi kesehatan pasien memungkinkan untuk operasi, baru diberikan jadwal operasi.
Saya dan suami bergerak cepat. Bolak balik ke Rumah Sakit, seminggu bisa dua atau tiga kali. Kami berdua tidak mau mengulur waktu. Lebih cepat operasi, itu lebih baik.
Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai rujukan akhir pasien se Jawa Barat, memang banyak sekali pasiennya. Apalagi pasien BPJS, antrian sehari bisa mencapai ribuan. Kadang hanya untuk ke satu dokter atau cek medis lainnya, saya bisa seharian di Rumah Sakit. Alhamdulillah, saya selalu ditemani suami yang tidak pernah mengeluh. Dia yang sibuk wara wiri mengurus administrasi. Kami berdua banyak kencan di Rumah Sakit, hehehe. Kencan yang banyak membuka mata hati. Iyaa, selama bolak balik ke Rumah Sakit itu, saya dan suami diharuskan 'membaca' oleh Allah. Saya benar-benar banyak bersyukur. Malu kalau mau mengeluh. Masih banyak pasien yang tidak seberuntung saya.
Ok, kembali ke sakit saya. Akhirnya sehari sebelum Idul Adha (23 September 2023), semua persyaratan operasi sudah saya penuhi. Saya tinggal menunggu keputusan tim dokter, tinggal menunggu kabar kapan bisa operasi. Alhamdulillah tidak menunggu waktu lama, tanggal 2 Oktober 2015 mendapat pesan pendek dari dr. Intan, bahwa saya dapat jadwal operasi tanggal 22 Oktober 2015.
Tanggal 8 Oktober 2015, Kamis, semua pasien dan keluarga yang sudah mendapat jadwal operasi dikumpulkan untuk bertemu dengan dokter bedah. Waktu itu ada 9 pasien. Saya pasien termuda. Pasien yang lain, usianya di atas 50 tahun. Kami diberi pengarahan oleh dokter bedah, diberi tahu juga operasi bypass itu seperti apa, dan lain-lain. Menurut dr. Rama, kenapa orang Indonesia banyak yang terkena penyakit jantung koroner, lebih disebabkan karena banyak mengkonsumsi makanan yang digoreng.
Mulai tanggal 19 Oktober 2015, saya rawat inap di RS Hasan Sadikin. Tapi hanya disuruh istirahat, tanpa di infus. Minum obat yang sebelumnya saja. Juga melakukan cek ulang kondisi saya. Seperti Rontgen, cek darah, paru, gigi dan THT. Alhamdulillah, semua baik. Malam sebelum operasi, ada orientasi ke ruang CICU (Cardiac Intensive Care Unit), ICU khusus penyakit jantung. Saya diajak melihat ruangan yang nanti akan saya pakai jika keluar ruangan operasi. Alat-alat apa saja yang dipakai untuk memonitor kondisi saya.
Esok harinya, 22 Oktober 2015 - Kamis, saya bangun sejak pukul lima pagi, sholat Shubuh, mandi memakai sabun antiseptik, bersiap-siap. Pukul delapan pagi, dengan memakai kursi roda, saya diantar ke ruang operasi untuk persiapan. Ada kakak ipar juga dua sahabat blogger Efi dan Nchie yang mengantar saya sampai ke pintu ruang operasi. (Kata suami saya, ternyata ada juga Mas Jier, sahabat blogger dari Magelang yang sedang ke Bandung datang saat saya sedang di operasi). Suami ikut masuk ke dalam, menemani saya berganti pakaian operasi sampai saya bertemu dokter yang akan mengantar saya ke kamar operasi.
Setelah itu, hanya saya sendiri bersama tim dokter dan perawat. Saya pasrah saja, pokoknya yakin bahwa Allah tidak akan menutup mata dengan semua usaha yang sudah saya lakukan. Apalagi banyak dukungan dan doa yang saya dapat. Dari Bapak saya, Ibu mertua, suami, anak, keluarga besar saya dan suami, para sahabat, termasuk sahabat-sahabat blogger, tetangga di rumah. Argh, perhatian seperti ini yang malah membuat mata saya berkaca-kaca. Doa-doa tulus membasuhi tubuh saya. Terima kasih ...
Proses operasi berlangsung selama 2 jam 40 menit, belum termasuk persiapannya. Menurut suami, mulai pukul 8 pagi itu, saya keluar ruangan operasi pukul 3 sore. Langsung masuk ruang CICU. Sekitar pukul 6 sore, saya mulai sadar saat ditepuk-tepuk dan dipanggil perawat. Sadar tapi pandangan mata masih buram dan bawaannya pengen tidur aja.
Selama lima hari saya di ruang CICU hingga akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Katanya, saya termasuk pasien yang cepat pulih. Meski sekarang belum bisa melakukan banyak aktivitas, semua harus disyukuri. Luka didalam dada dan dikedua belah kaki belum pulih benar. Masih suka kerasa clekit-clekit gitu, kaki kanan juga masih bengkak. Pokoknya semangat aja, yakin bahwa Allah memberi ini semua karena saya bisa melewati. Insya Allah..
Terima kasih juga untuk tim dokter dan perawat yang banyak membantu dengan sabar dan baik hati. Bukan mau memuji kalau saya bilang, saya bertemu dengan banyak dokter yang benar-benar membantu pasien. Semoga ilmunya berkah ya ...
Masih banyak yang ingin saya ceritakan, mudah-mudahan saya bisa menuliskannya di sini. Termasuk fasilitas BPJS yang saya gunakan. Iya, operasi dengan biaya ratusan juta ini dibiayai oleh BPJS. Saya sama sekali tidak membayar sepeserpun. Alhamdulillah ...
Awal mulanya sekitar dua tahun yang lalu, saat jalan ke perkebunan teh di dekat rumah, kok cepat lelah. Biasanya juga ngga apa-apa. Saya pikir karena sudah lama tidak jalan dan jarang dipakai gerak, jadi cepat capai. Tapi frekuensi sakitnya sangat jarang. Sempat saya keluhkan ke dokter spesialis penyakit dalam, katanya dari darah tinggi saya. Jika tensi tinggi, jantung biasanya membengkak. Jadi saya hanya minum obat penurun darah seperti biasa saja juga vitamin untuk jantung.
Setahun yang lalu, saya keluhkan lagi nyeri dada kepada dokter spesialis penyakit dalam yang sama. Sempat dilakukan EKG dan rontgen dada. Kata dokter tetap ngga ada apa-apa dengan jantung saya. Ya sudahlah, mungkin memang dari hipertensi dan penyakit lambung saja.
Masuk tahun 2015, frekuensi nyeri dada makin sering datang. Makin cepat lelah. Jalan dari rumah ke ujung gang yang hanya hanya beberapa meter saja sudah menyebabkan dada sesak. Menyapu halaman, mengepel lantai, pokoknya hanya melakukan aktivitas ringan sudah ngos-ngosan. Dengan kondisi seperti ini, apa ada keluarga yang tahu ? Ngga ... hehehe. Suami tahu sih, tapi saya masih biasa aja melakukan pekerjaan sehari-hari. Jadi dia masih santai aja. Apalagi saya bukan tipe orang yang mudah mengeluh.
Kenapa juga kami masih santai, karena setahun sebelumnya sudah periksa dan dibilang ngga apa-apa dengan jantung saya. Saya malah ke dokter spesialis lambung di pertengahan bulan Agustus 2015, karena saya sering merasa mual juga. Mendengar keluhan saya, dokter lambung malah menyarankan untuk ke dokter spesialis jantung. Jujur aja, ada rasa takut di hati. Bagaimana kalau ternyata benar-benar sakit jantung. Tapi daripada ngga kunjung sembuh, lebih baik cari kepastian kan.
Dua minggu setelah ke dokter lambung, tepatnya tanggal 25 Agustus 2015 - Selasa, saya berobat ke dokter Agus Thosin, spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Al Islam - Bandung. Sebelumnya dilakukan EKG. Melihat hasil EKG dan mendengar keluhan saya, dokter Agus malah tanya, "Ibu punya BPJS ?" Saya jawab punya, tapi saat periksa itu saya melalui jalur umum. Mendengar jawaban saya, dokter bilang,"Dirawat saja ya Bu, ngga apa-apa, bisa sembuh kok." Saya mah nurut aja, yang penting kan sembuh. Akhirnya dirawat inaplah selama lima hari di RS Al Islam. Selama perawatan itu, dilakukan Echocardiografi (USG jantung) juga Angiografi (kateterisasi). Dari hasil Angiografi inilah terlihat jelas ada lima penyumbatan pembuluh darah koroner saya. Yang mana ada tiga penyumbatan yang sudah mencapai 90%, salah satunya di pangkal pembuluh. Saran dokter adalah operasi bypass, ngga ada cara lain. Dengan kondisi seperti itu sudah tidak memungkinkan di pasang cincin.
Dokter yang melakukan angiografi heran, dengan usia saya yang 42 tahun dan masih mendapat haid, kok bisa kena penyakit jantung koroner. Biasanya perempuan yang masih haid itu kecil kemungkinan terkena PJK. Karena masih ada hormon estrogen yang menjaga. Kemungkinan besar karena saya mengidap hipertensi sejak usia dua puluhan dan ada faktor keturunan. Kalau buat saya pribadi, ya memang Allah sudah memberi ujian ini. Saya hanya disuruh menjalani saja. Pikiran seperti itu membuat saya lebih santai. Karena jika sibuk mencari kesalahan, malah stress sendiri.
Tanggal 29 Agustus 2015 - Sabtu, saya diijinkan pulang. Alhamdulillah, kondisi saya masih jagjag kalau kata orang Sunda. Selama lima hari rawat inap, kondisi saya tidak terbaring lemah. Ke kamar mandi juga sendiri, makan juga lahap, ditengokin temen-temen tetap cerewet. Termasuk saat ditengok teman-teman blogger, masih bisa heboh bercerita. Lha, emang selama di RS itu saya sama sekali ngga merasakan sakit. Nyeri dada, sesak , sama sekali ngga ada. Mungkin pengaruh obat yang diberikan juga saya yang tidak banyak melakukan aktivitas.
Seminggu setelah di rumah, kembali saya melakukan kontrol. Maksudnya mau ke dr. Agus lagi, tapi antrian sudah penuh. Ya sudah ke dr. Fajar Ashari, SpJP saja yang kosong. Oleh dokter Fajar kami ditanya, apa mau langsung dirujuk ke RS Hasan Sadikin. Tanpa pikir panjang, saya dan suami langsung menyetujui. Entah ya, saya sama sekali tidak terbayang rasa takut. Yang ada dalam pikiran saya hanyalah, cepat operasi, beres dan saya bisa bernapas lagi dengan baik. Sungguh, tersiksa rasanya baru berjalan beberapa langkah lalu dada kiri terasa nyeri hingga ke punggung, kesemutan menjalar sepanjang tangan sebelah kiri, sesak dan susah bernapas. Jika sudah begitu, saya hanya bisa duduk tegak, tenang dan mengatur napas. Tidur terlentangpun tidak bisa. Jika rasa nyeri menyerang saat malam hari, saya tidur dengan posisi duduk.
Tanggal 10 September 2015, saya bertemu dr. Ridho di RS Hasan Sadikin. Saya berikan rujukan dari dr. Fajar. Lalu dr. Ridho menjelaskan banyak hal tentang operasi bypass. Dan nama sayapun di daftarkan sebagai pasien yang akan melakukan operasi. Untuk melakukan operasi ini memang tidak bisa langsung. Harus daftar dulu, lalu melakunan cek kesehatan yang lain. Yaitu, gigi, THT (telinga hidung tenggorokan), faal paru, Echocardiografi (usg jantung), Elektrokardiogram (ekg), cek darah. Setelah semua beres, hasilnya diberikan kepada dr. Ridho untuk dipresentasikan ke tim dokter bedah dan jantung yang lain. Jika menurut tim dokter kondisi kesehatan pasien memungkinkan untuk operasi, baru diberikan jadwal operasi.
Saya dan suami bergerak cepat. Bolak balik ke Rumah Sakit, seminggu bisa dua atau tiga kali. Kami berdua tidak mau mengulur waktu. Lebih cepat operasi, itu lebih baik.
Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai rujukan akhir pasien se Jawa Barat, memang banyak sekali pasiennya. Apalagi pasien BPJS, antrian sehari bisa mencapai ribuan. Kadang hanya untuk ke satu dokter atau cek medis lainnya, saya bisa seharian di Rumah Sakit. Alhamdulillah, saya selalu ditemani suami yang tidak pernah mengeluh. Dia yang sibuk wara wiri mengurus administrasi. Kami berdua banyak kencan di Rumah Sakit, hehehe. Kencan yang banyak membuka mata hati. Iyaa, selama bolak balik ke Rumah Sakit itu, saya dan suami diharuskan 'membaca' oleh Allah. Saya benar-benar banyak bersyukur. Malu kalau mau mengeluh. Masih banyak pasien yang tidak seberuntung saya.
Ok, kembali ke sakit saya. Akhirnya sehari sebelum Idul Adha (23 September 2023), semua persyaratan operasi sudah saya penuhi. Saya tinggal menunggu keputusan tim dokter, tinggal menunggu kabar kapan bisa operasi. Alhamdulillah tidak menunggu waktu lama, tanggal 2 Oktober 2015 mendapat pesan pendek dari dr. Intan, bahwa saya dapat jadwal operasi tanggal 22 Oktober 2015.
Yang sebelah kanan itu dokter bedahnya, namanya dr Rama Nusjirwan, SpBTKV (Spesialis Bedah Thoraks dan Kardiovaskular).
Sementara yang menunduk adalah dr. Tommy.
Tanggal 8 Oktober 2015, Kamis, semua pasien dan keluarga yang sudah mendapat jadwal operasi dikumpulkan untuk bertemu dengan dokter bedah. Waktu itu ada 9 pasien. Saya pasien termuda. Pasien yang lain, usianya di atas 50 tahun. Kami diberi pengarahan oleh dokter bedah, diberi tahu juga operasi bypass itu seperti apa, dan lain-lain. Menurut dr. Rama, kenapa orang Indonesia banyak yang terkena penyakit jantung koroner, lebih disebabkan karena banyak mengkonsumsi makanan yang digoreng.
Mulai tanggal 19 Oktober 2015, saya rawat inap di RS Hasan Sadikin. Tapi hanya disuruh istirahat, tanpa di infus. Minum obat yang sebelumnya saja. Juga melakukan cek ulang kondisi saya. Seperti Rontgen, cek darah, paru, gigi dan THT. Alhamdulillah, semua baik. Malam sebelum operasi, ada orientasi ke ruang CICU (Cardiac Intensive Care Unit), ICU khusus penyakit jantung. Saya diajak melihat ruangan yang nanti akan saya pakai jika keluar ruangan operasi. Alat-alat apa saja yang dipakai untuk memonitor kondisi saya.
Ruangan berkaca dan steril, yang dilengkapi dengan alat-alat medis yang modern.
Esok harinya, 22 Oktober 2015 - Kamis, saya bangun sejak pukul lima pagi, sholat Shubuh, mandi memakai sabun antiseptik, bersiap-siap. Pukul delapan pagi, dengan memakai kursi roda, saya diantar ke ruang operasi untuk persiapan. Ada kakak ipar juga dua sahabat blogger Efi dan Nchie yang mengantar saya sampai ke pintu ruang operasi. (Kata suami saya, ternyata ada juga Mas Jier, sahabat blogger dari Magelang yang sedang ke Bandung datang saat saya sedang di operasi). Suami ikut masuk ke dalam, menemani saya berganti pakaian operasi sampai saya bertemu dokter yang akan mengantar saya ke kamar operasi.
Setelah itu, hanya saya sendiri bersama tim dokter dan perawat. Saya pasrah saja, pokoknya yakin bahwa Allah tidak akan menutup mata dengan semua usaha yang sudah saya lakukan. Apalagi banyak dukungan dan doa yang saya dapat. Dari Bapak saya, Ibu mertua, suami, anak, keluarga besar saya dan suami, para sahabat, termasuk sahabat-sahabat blogger, tetangga di rumah. Argh, perhatian seperti ini yang malah membuat mata saya berkaca-kaca. Doa-doa tulus membasuhi tubuh saya. Terima kasih ...
Proses operasi berlangsung selama 2 jam 40 menit, belum termasuk persiapannya. Menurut suami, mulai pukul 8 pagi itu, saya keluar ruangan operasi pukul 3 sore. Langsung masuk ruang CICU. Sekitar pukul 6 sore, saya mulai sadar saat ditepuk-tepuk dan dipanggil perawat. Sadar tapi pandangan mata masih buram dan bawaannya pengen tidur aja.
Selama lima hari saya di ruang CICU hingga akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Katanya, saya termasuk pasien yang cepat pulih. Meski sekarang belum bisa melakukan banyak aktivitas, semua harus disyukuri. Luka didalam dada dan dikedua belah kaki belum pulih benar. Masih suka kerasa clekit-clekit gitu, kaki kanan juga masih bengkak. Pokoknya semangat aja, yakin bahwa Allah memberi ini semua karena saya bisa melewati. Insya Allah..
Terima kasih juga untuk tim dokter dan perawat yang banyak membantu dengan sabar dan baik hati. Bukan mau memuji kalau saya bilang, saya bertemu dengan banyak dokter yang benar-benar membantu pasien. Semoga ilmunya berkah ya ...
Masih banyak yang ingin saya ceritakan, mudah-mudahan saya bisa menuliskannya di sini. Termasuk fasilitas BPJS yang saya gunakan. Iya, operasi dengan biaya ratusan juta ini dibiayai oleh BPJS. Saya sama sekali tidak membayar sepeserpun. Alhamdulillah ...
Kami baru bisa mendoakan, belum bisa menjenguk ke Bandung ya Bun. Paska operasi ini semoga Bunda Dey sehat selamanya ... Aamiin
BalasHapusNuhun Kang, doa sudah lebih dari cukup.
HapusAmin, kita saling mendoakan saja.
Alhamdulillah, Mbak Dey bisa melewati ini dengan baik. Semoga benar-benar pulih dengan segera ya Mbak.. Januari yang lalu, seorang teman saya juga melakukan operasi jantung di Jogja. Alhamdulillah, biaya ratusan juta rupiah itu pun dikover oleh BPJS.
BalasHapusAlhamdulillah, Amin.
HapusIya Uda, Alhamdulillah BPJS bisa mengkover semua. Pasien & keluarga jadi ngga terbebani urusan biaya.
Alhamdulillah operasinya lancar ya teh.. Smoga segera pulih dan sehat selamanyaa..
BalasHapusAmin, Alhamdulillah.
HapusKita semua sehat ya Mbak.
Alhamdulillah, Dey... semoga segera pulih dan sehag2 terus ya ke depannya. Salut dengan kepasrahan dan keberaniannya menghadapi operasi sebesar ini.
BalasHapusAmin, Alhamdulillah.
HapusPengen sembuh, Mbak. Jadi diberaniin aja. Ngga ada pilihan lain lagi.
Teteh, aku nangis bacanya. Teteh sabar dan tegar banget, ih. Semoga cepat pulih, ya. Sonooooo..
BalasHapus:')
Ish, ngga usah nangis. Yang sakitnya juga ngga apa2 kok.
HapusAmin, nuhun Teh.
Iya ih, udah lama ngga ketemu Teh Nia. Terakhir waktu acara demo masak chef Arnold ya. Kapan atuh ..
Alhamdulillah, semoga teh dey cepet pulih ya...pelllukkkkk erat
BalasHapusAmin, makasih Bumil ... *peluk balik
HapusAlhamdulilah ya Teh Dey, semua berlangsung lancar. Dan pemulihannya cepat sekalu. Aku baca cerita Teh Dey sambil nahan napas :)
BalasHapusAmin, Alhamdulillah Mbak.
HapusAllah memudahkan segalanya, berkat doa banyak orang. Termasuk doa sahabat2 blogger seperti Mbak Evi.
Semangatnya semoga tetap tinggi ya ...
BalasHapusSemoga Allah memberi kesembuhan ya mbak ...
Salam kenal
Nah itu, menjaga semangat supaya tetap tinggi. Perlu usaha keras :D
HapusAmin, makasih ya Mbak. Salam kenal kembali.
Cepetpulih kembali ya bun. Kalau sudah sembuh jangan lupa tulis pengalaman pakai BPJS ya
BalasHapusAmin, nuhun.
HapusInsya Allah, mudah2an bisa segere menulis tentang BPJS nya.
Cepet pulih ya teh Dey. Maaf saya tidak sempat nengok, yp alhamdulillah ya t3h Dey udah pulih
BalasHapusOiya terasa nyeri hingga ke punggung, kesemutan menjalar sepanjang tangan sebeleh kiri, sesak dan susah bernapas. Jika sudah begitu, saya hanya bisa duduk tegak, tenang dan mengatur napas.saya sekarang juga persis seperti itu, ternyata otot jantung saya bengkak dan harus melakukan pemeriksaaan khusus ke dokter jantung. Jadi suka takut kl mau periksa, hiks
Amin, nuhun Tian. Ngga usah niat nengok, ntar aja niat main seru2an ke sini ya.
HapusDuh, ngga usah takut. Lebih cepat di tangani bisa jauh lebih baik kan. Buang jauh2 pikiran buruk, malah bikin stress nantinya.
Puji Tuhan... Bersyukur Bu Dey sdh bisa kembali menulis. Menuliskan pengalaman yang pasti bermanfaat buat orang banyak.
BalasHapusSemoga cepet pulih, Bu Dey.
Salam.
Amin, makasih doa & dukungannya ya Mbak.
HapusTunggu kami di Yogya ... ;)
alhamdulillah operasi sudah terlewati,,
BalasHapussemoga cepat plih ya bunda,,,
teman kantor ku kemrin juga ada yang orangtuanya kena penyumbatan jantung
dan diminta pasang ring,,
umur orangtuanya sudah 73 tahun,, dia gak mau katanya takut operasi
trus ada yang bilang bisa juga disembuhin lewat holistic care,,
Amin, makasih Put ..
HapusIya sih, masing2 punya pilihan mau di obati dengan cara seperti apa. Gimana kesiapan hati, ngga bisa maksain juga.
Kalau pasang ring, sebenernya operasi dengan bius lokal. Ring dimasukin lewat pembuluh di tangan atau kaki. Kalau lancar, sehari sudah boleh pulang.
top bgt dey. super sekali ceritamu. semangat, pasrah,ikhlas,tegar menghadapi peristiwa ini ruar biasa sekali. sehat terus yah. tetap sehat dan tetap berbagi.
BalasHapusoh ya, kt dokter ibuku, separah apapun sakitnya, motivasi pasienlah penyembuhnya. tetap optimis yah.
satu lagi, aku suka dg narsismu, dbalik sakit ada narsis dan eksis hehehe... juara deh
salam kangen yah
Narsis ? Hahaha, padahal saya sangat jarangggg sekali pajang foto wajah sendiri. Darimana narsisnya ?
HapusMungkin foto di akun teman2 yang emang foto bareng saat mengunjungi saya.
Eksis ? Hmmm, sebenernya lebih kepada ingin berbagi cerita tentang pengalaman sakit saya. Satu lagi sih, supaya memori saya ngga error .. hihihihi. Karena salah satu resiko operasi ini adalah, kehilangan daya ingat :)
Salam kangen juga, hayu atuh kapan ke Parongpong lagi ..
Alhamdulillah.. Semoga teh Dey cepat pulih.. Terimakasih juga sudah menyemangati saya... :)
BalasHapusAmin, makasih. Kita saling menyemangati ya .. ;)
HapusSalut dengan semangat dan keberanian teh dey, ibu mertua hipertensi, tapi kalau dengar kata rumah sakit sudah ketakutan. Sama sekali ndak mau periksa
BalasHapusSemoga cepat pulih ya teh
Bisa dimaklum, Mbak. Apalagi sudah sepuh. Sabar aja.
HapusSemoga Ibu mertua cepat sehat ya.
Semangat hidup, harapan disertai usaha dan doa.. T dey kuerenn.. ��#peluk
BalasHapusSemua ibu2 pasti punya semangat yang sama kalau inget anaknya, Mi.
Hapusteh dey semoga cepat pulih... syafakillah.
BalasHapusAmin, makasih ..
HapusDan di sinilah cewe yg tegar, gagah, mendadak melow,
BalasHapusNgumpet menyembunyikan air matanya..
Hanya bisa memberikan doa dan dukungan,
Semangat teteh, biar nanti kalo kelak eykeh sakit ada yg nungguin eeaa
Selalu hadir membawa pompom !!
Sehat selalu y tetehku
Iyeee, dan yang katanya perempuan ringkih sampai harus operasi, malah asik2 aja ngga nangis, padahal banyak kabel & selang nempel di badannya ... :D
HapusHayah, jangan berharap sakit. Ngga enak, tau .. :P
Baru pertama berkunjung mb... Semoga cepat sehat ya mb..
BalasHapusAmin, makasih doa & kunjungannya ya Mbak.
HapusSing enggal damang Teh Dey, hatur nuhun informasinya.
BalasHapusSami2, nuhun Teh Meta.
HapusTeh Dey..smoga segera pulih & cepat sehat lagi... *peluukkk*
BalasHapusAmin, makasih ..
Hapusbetul mbak, Allah pasti sudah mempersiapkan kita dengan kekuatan dan uborampe yang kita butuhkan, setiap kali kita sudah masuk dalam satu skenarionya. insyaa allah lekas pulih ya mbak, sehat seperti sedia kala. amiiin. *deep hug*
BalasHapusPikiran positif seperti itu yang bikin semangat, Mbak. Bikin yakin kalau kita bisa melewati.
HapusMakasih banyak doanya.
Alhamdulillah ya bu. Semoga cepat pulih. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi. Ibu udah sehat kembali 😊
BalasHapusAmin, makasih Niee. Ntar ketemunya di Pontianak ya .. ;)
HapusAlhamdulillah ikut bahagia mbak Dey, sudah kembali ke rumah kumpul kelg ...ikut berkaca2 membacanyaa .
BalasHapusAmin, makasih Mbak ..
Hapussyafakillah Teh Dey... semoga kembali pulih... lebih sehat dan lebih fit pasca operasi. Udah bisa dikunjungi di Sukawana kah ?
BalasHapusAmin. Makasih Mbak, makasih juga udah nyempetin nengok ke RS.
HapusKunjungi ke rumah aja, ke Sukawana mah masih belum .. hehe
Semoga lekas baikan ya Mba Dey. Luar biasa loh ketenanganmu menghadapi sakit dan operasi ini mba. Nunggu postingan yg soal BPJS ya mba
BalasHapusAmin , makasih Mbak.
HapusSabar ya, yg bikin draft ttg BPJS malah suamiku ..:D
Ya Allah Teeeh..... peluk buat teh Dey. gak tau mesti komentar apa. Yang penting sehat.... sehat... sehat ya Teh.... (mau nangis nih...)
BalasHapusAmin, makasih. Insya Allah setelah ini akan selalu sehat.
HapusTeteh, setuju teh kalau kita terus bertanya -tanya mengapa bisa sakit?mengapa saya? Bakal bikin stres. Menerima dan menjalani, itu ya hrs dilakukan agar bisa sembuh. Selamat ya Teh Dey, semoga setelah ini senantiasa sehat.
BalasHapusAmin, makasih Mbak.
HapusSemoga bisa cepat pulih lagi Bu Dey.
BalasHapusAmin, makasih ..
HapusAlhamdulillah wa syukurillah, Mbak. Semoga terus diberi kesehatan oleh Allah SWT. Duh, saya juga masih suka nggoreng2 makanan, harus dikurangi pelan2 ya sampe akhirnya berenti makan gorengan. Makasih juga udah sharing, Mbak. :))
BalasHapusAmin, makasih ya..
HapusIya nih, dokter wanti2 banget soal gorengan. Waspadalah.. hehe
mba dey,, semangat terus. Bapak saya juga terkena jantung koroner..pakai ASKES (sebelum berubah menjadi BPJS) Alhamdulillah tercover .. Semoga lekas pulih ^_^
BalasHapusMakasih dukungannya.
HapusIya, Alhamdulilah bisa pakai BPJS.
Salam hormat untuk Bapak ya.. sehat selalu.
Ibuuuu, sudah jagjag pisan kah sekarang? :)
BalasHapusJagjag pisan mah belum. Belum bisa diajak jalan ke Sukawana .. :D
HapusBudey, peluk cium dari sidoarjo yaa.. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, bu dey lekas membaik
BalasHapusAmin, makasih Niar.
HapusAyo ke Parongpong lagi, belum narsis di kebun teh ..
Cepat sembuh Mak Dey :) biar bisa ngeblog lagi. Semangaaat ^^
BalasHapusMakasih Mbak .. semangat !
HapusSubhanallah... semoga segera pulih ya, Mak. Sukurlah operasi berjalan dengan baik.
BalasHapusSalam hangat dan doa dari saya.
Amin, makasih ...
Hapusalhamduliilah ya bu...
BalasHapussemoga berlangsung lancar dan baik, selalu sehat terus ya bu,,,
saya baru didiagnosa PJK aja rasanya sudah gimana gitu, masak sudah PJB sekarang PJK juga..salut dengan ketegaran ibu dey dan keluarga...
Amin, makasih ..
HapusSemangat juga ya Mbak, Insya Allah semua baik2 saja.
Semoga mbak Dey cepat pulih kembali. Peluk erat dan doa dari Sidoarjo untuk mbak Dey sekeluarga :)
BalasHapusAmin, makasih Mbak.
HapusAlhamdulillah utk semuanya...sehat terus ya Teh Dey... penasaran dg Fauzannya saat itu gimana ya...
BalasHapusAmin, makasih Mbak.
HapusFauzan sudah diberitahu sebelumnya kalau saya mau operasi, tentu dengan bahasa anak2. Sudah diberitahu juga sementara dia akan tinggal dengan keluarga adik saya. Tetep sih suka nelpon sambil nangis kalo malem. Tapi ngga terlalu rewel juga.
Alhamdulillaah. Ibuuuu, semoga segera sehat kembali, ya. Banyak istirahat. Libur Crafting dulu. Aku doakan dari sini. :)
BalasHapusMalah ngga boleh banyak istirahat, Idah. Dokter bilang ngga boleh dibawa malas. Nanti otot2 bisa makin kaku.
HapusJadi harus dipakai gerak, sekuatnya aja. Udah cuci piring & nyapu halaman , hehehe
Amin, makasih doanya ya.
Alhamdulillah operasinya lancar kan ya teh dey.. semoga lekas pulih ya teh..
BalasHapusAlhamdulillah lancar, makasih ya ..
HapusPuji syukur, ketabahan dan kepasrahan Jeng Dey jadi berkat kesembuhan dan inspirasi bagi banyak jiwa. Salam kami
BalasHapusAlhamdulillah Ibu, berkat doa teman2 blogger juga. Salah satunya dukungan dari Ibu Prih. Makasih ..
HapusSekedar share.. Suami sy umur 28tahun, divonis punya kelainan jantung. Proses di Faskes pertama dirujuk ke rsud. Setelah dperiksa dr. Spesialist dalam ternyata harus ditindak lanjuti di rshs.. Awalnya ragu&takut dengan kemungkinan terburuk kalo harus dibalon/ring/by pass... Tpi setelah baca postingan teteh jadi optimis... Mudah2an semuanya lancar dan bisa sehat sperti sedia kala
BalasHapusDijalani saja pemeriksaan di RSHS, biar tahu pasti tindakan medis apa yang harus dilakukan. Keputusan tindakan medis mau diambil atau ngga, memang kembali kepada hati masing2. Dokterpun hanya menyarankan, tidak bisa memaksakan.
HapusSemoga semuanya baik2 saja ya .. semangat !
buu.., maaf aku baru sempat komen...
BalasHapustapi dari pertama publish udah baca sih..., alhamdulillah semoga informasi ini menguatkan pasien lain yang akan menjalani terapi sama.., dan bisa mencontoh ketegaranmu
Teteeeeeh...
BalasHapusAku hanya bisa mendoakan aja waktu denger kabarnya Teeeeh...
Alhamdulillah semua lancar dan semoga teteh sehat2 terus yah Teeeeh, nanti aku main2 ke Parongpong okeeeh!
Semoga kedepannya di beri kesehatan terus aamiin :) ini cuma ujian yg barusan di lewati :D
BalasHapusAssalamualaikum teteehh...udah lama ga mampir kesini. Ternyata abis operasi yaaa...aduh baca ini kok ya memdadak mellowww tp kayaknya teh dey meni tegaaarr pisan. Salut. Moga sehat terus ya tetehku sayang
BalasHapusassalamualaikum teh mau tanya ayah saya waktu itu sudah mau pakai ing jantung tetapi gagal, karena ayah saya terkena serangan saat dimulai pemasangan ring. apa ada tips untuk mencegah hal demikian?
BalasHapusWaalaikumsalam.
HapusKalau kondisi medis, mendingan tanya sama dokternya aja. Mungkin dokter bisa kasij saran atau obat spy ngga terkena serangan.
Kalau dari saya, hanya bisa bilang, banyak berserah diri aja, pasrah.
Assalamualaikum Ibu,
BalasHapusterima kasih atas sharingnya, boleh tanya lebih spesifik soal rasa nyeri dada yang dirasakan? rasa sakitnya seperti apa ya Bu?
lokasinya di belakang tulang atau lebih dalam ?
rasa sakitnya seperti ditusuk atau nyeri?
apakah rasa sakitnya ketika beraktivitas fisik (jalan kaki, naik tangga, mengangkat barang) saja atau ketika tidak beraktivitas juga terasa sakit?
saya sekarang punya gejala mirip seperti yang Ibu jelaskan, saya juga ada GERD alias maag dan rutin berobat ke internis, dulu pernah CT-scan jantung tahun 2012 tidak terlihat ada sumbatan, saya jadi terpikir untuk kontrol ke kardiolog lagi
terima kasih,
Wassalamualaikum
Waalaikumsalam,
BalasHapusGejala tiap orang bisa berbeda2. Untuk kasus saya, memamg lambung yang selalu nyeri seperti sakit maag. Nyeri yg menusuk hingga punggung/tulang belikat. Makin ke sini jadi mudah ngos2an jika beraktivitas ringan sekalipun. Awalnya saya menyangka sakit maag, tapi setelah ke spesialis lambung malah disarankan untuk ke spesialis jantung. Akhirnya ketahuan kalau ada penyumbatan di pembuluh koroner setelah melakukan beberapa macam pemeriksaan termasuk angiografi.
Assalamualaikum saya tertarik dg cerita mba. Sepertinya aku mengalamin gejala yg sama. Setiap di ekg suka ada masalah terus. Apa itu gejala penyumbatan jantung mba.
BalasHapusWaalaikumsalam. Lebih baik langsung periksa ke spesialis jantung, Mbak. Karena saya bukan dokter, jadi tidak bisa memastikan apakah itu gejala penyumbatan atau tidak.
HapusMalam mba Dey..salam knal...sy tertarik jg dngan cerita mba....sy jg ada keluhan sprti itu. Mba blh kah mimta no hp.mba...mksh sblumnya...
BalasHapusHai Mbak, salam kenal kembali.
HapusMbak bisa kirim email melalui kotak yang ada di sebelah kanan bawah ya. Insya saya balas.
Assalamualaikum mba dey salam kenal ya.boleh tau gak gejala yg di rasakan sewaktu ada penyumbatan.saya juga di diagnosa pjk dan mau kateter dalam waktu dekat ini.maaf mba dey apa boleh saya minta no wa nya mba.terimakasih wassalam
BalasHapusWaalaikumsalam, Mbak bisa kirim email melalui kotak yang ada di sebelah kanan bawah ya. Insya saya balas.
Hapusapa bisa menghubungi mbak? saya punya gejala yang sama.. email saya [email protected]
BalasHapus