TopMenu

Kamis, 07 Agustus 2014

Dia, Semakin Besar

Hampir satu bulan blog ini tidak di sentuh. Banyak alasan sih, salah satunya puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Masih boleh kan mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Maafkan jika pernah salah kata, salah ucap dan salah tingkah laku. Maaf juga karena jarang BW ke blog teman-teman.


Mau cerita tentang Fauzan saja, yang sekarang sudah kelas 4 SD dan sudah mau tidur di kamarnya sendiri tanpa di temani. Apa, kelas 4 SD baru mulai tidur sendiri ? Hihihihi, iyaa ... bukan sepenuhnya kesalahan Fauzan sih. Ibunya yang kadang masih belum bisa tegas. Dalam artian, jika menemani sebelum tidur suka kebablasan ikut nyenyak yang membuat malas pindah kamar. Jadi ya sampai pagi tidur berdua Fauzan. Padahal sejak Fauzan kelas 1 SD sudah mulai diberitahu untuk tidur sendiri. Kadang sudah tidur sendiri, saat terjaga di malam hari, pindah ke kamar orang tuanya.

Menjelang kelas 4 ini, mulai pelan-pelan Ibu melepas dia. Awalnya Bapak yang menemani menjelang tidur. Kalau Fauzan lelap, Bapak pindah kamar. Ngga mudah juga, karena Fauzan itu amat dekat dengan ibu. Suka banyak ritual sebelum tidur. Peluk ibu dulu, cium ibu dulu, harus begini begitu, janji ini, janji itu. Kadang Ibu suka ngga tega, tapi Bapak tega dan konsisten. Dan walau Bapak tidak secerewet dan segalak Ibu, tapi sekalinya ngomong bisa membuat Fauzan nurut dan masuk ke hati. Dan Ibu pun mulai bisa tegas (dan galak) melarang dia untuk tidak tidur bareng lagi. Usianya sudah mau 10 tahun, sudah makin besar.

Alhamdulillah, sekarang Fauzan tidak rewel kalau mau tidur. Kalau sudah mengantuk langsung masuk kamarnya sendiri dan lelap. Ibu masuk kamar dia cuma untuk mengingatkan baca doa sebelum tidur dan sedikit obrolan ringan. Setelah itu langsung ibu tinggal. Masih ada syarat sih, pintu kamarnya ngga boleh ditutup dulu sebelum dia lelap.

Soal prestasi akademik dia, Alhamdulillah masih masuk 10 besar. Soal peringkat selalu naik sejak kelas satu dulu. Kami tahu kekurangan dan kelebihan Fauzan, jadi ya asik-asik saja walau tidak mendapat rangking untuk bisa naik ke atas panggung mendapat piala. Kalau melihat temannya dapat piala, Fauzan suka bilang, mau seperti itu juga. Bagus sih, punya keinginan untuk menjadi lebih baik. Ibu tidak terlalu khawatir soal akademik dia, yang Ibu khawatir malah pergaulan dia, sikap dia. Hal-hal semacam itu deh. Mudah-mudahan saja Ibu dan Bapak tetap bisa menjaga, membekali dan memberi contoh kepada dia tentang hal-hal yang baik. Selalu dijauhkan pula dari hal yang buruk. Amin

O iya, mulai kelas 4 ini, Fauzan sudah memakai kurikulum 2013. Ibu sudah sempat ngobrol dengan guru kelasnya. Sudah mulai mendapat bayangan seperti apa. Sebelumnya sudah pula membaca cerita teman-teman melalui blog tentang kurikulum baru ini. Ibu ikuti saja, dan berharap semoga dengan kurikulum baru ini, pendidikan di Indonesia bisa semakin baik. Tetap peran orang tua di rumah jauh lebih penting.

Tentang puasa Ramadhan kemarin, Alhamdulillah bisa tamat sampai hari terakhir, sampai Maghrib pula. Duh senangnya. Ini termasuk obsesi Ibu juga sih. Terkesan memaksa, tapi lihat kondisi juga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dia tidak pernah tamat puasanya karena Fauzan sempat sakit. Ngga tau ya, ibu yakin aja kalau Fauzan tuh bisa dan kuat kok puasanya. Hanya perlu usaha lebih keras dan niat yang kuat aja. Dan itu harus ditunjang sama kesabaran Ibu pula. Saat sahur kadang Ibu suapin sambil mata Fauzan merem. Untungnya, dua minggu di awal puasa, sekolah masih libur. Jadi aman-aman saja.

Memasuki minggu ketiga, saat masuk sekolah di tahun ajaran baru, mulai deh perjuangan. Sahur masih gampang. Pulang sekolah pukul 12 siang, udara panas, di sekolah pasti main lari-larian, mulai kesabaran ibu di uji, hehehehe. Fauzan mulai mengeluh lapar, ngga kuat, pusing, macem-macem deh supaya di bolehin makan. Paling ibu bujuk untuk tidur setelah sholat Dhuhur. Dan kalau sudah tidur, bisa sampai Maghrib kalau tidak dibangunkan :-D. Jadi Ibu bangunkan pukul setengah enam sore, sholat Ashar mepet, nonton TV deh sampai Maghrib. Sekolah cuma seminggu, lalu libur lagi menjelang lebaran. Kalau libur tidak terlalu rewel.

Pelan-pelan juga diajarkan makna puasa di bulan Ramadhan yang ngga hanya menahan lapar dan haus saja. Juga sholat Tarawih di malam hari. Kalau Bapak ada, suka ikut ke masjid. Tapi kalau Bapak pulang malam, sholat Tarawihnya sama Ibu di rumah. Dan setelah Ramadhan berakhir, ada kalimat Fauzan yang membuat Ibu meleleh, "Aa kangen puasa lagi. Enak ya Bu kalau bulan Ramadhan." Ah Nak, Ramadhan itu memang selalu membuat kangen.

Kata Bapak, mungkin karena selama Ramadhan kami bertiga lebih sering bersama-sama. Dari mulai sahur, sholat Shubuh, buka puasa, sholat Maghrib juga Tarawih. Mungkin itu juga yang membuat Fauzan bahagia.

Setiap anak itu memang berbeda. Masing-masing punya karakter yang unik. Walau sudah membaca banyak teori tentang pola pengasuhan anak, banyak mendengar pengalaman orang lain, tapi tetap tidak bisa langsung diterapkan pada anak sendiri. Pintar-pintarnya orang tua melihat apa yang sesuai untuk anak sendiri.

9 komentar :

  1. indah nuria SavitriJumat, 08 Agustus, 2014

    bravooo Fauzaaan ...senengn bacanya teh..alhamdulillah yaaa..udah besar-besar dan membahagiakan orang tua...Subhanallah..semoga Bo et Obi juga sama :)..salam ..

    BalasHapus
  2. Waaa keren bangt aa udah tamat puasanya :D. Selamat yaaa... duh emang ya kadang mamanya jg yg seneng ngemanjain anak *nunjuk diri sendiri*

    BalasHapus
  3. Duh aa.....ganteng pisan...pinter pisannn..kalo anak ngarasa bahagia rasanya ortu g kalah lbh bahagia ya teh :)
    Mwah tlepojs bt aa ganteng :)

    BalasHapus
  4. Wah tentu masih dalam susana lebaran donk Kalau di Pontianak lebarannya sebulan. Selama Bulan Syawal itulah susana Lebaran atau Idul Fitrie masih ada di Pontianak. Kalimantan Barat. Kami sekeluarga juga mengucapkan selamat lebaran ya, Mohon maaf lahir dan Bathin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fauzan memang keren. Anak lelaki yang sudah mulai memahami tanggung jawabnya dan ini sangat membanggakan kedua orang tuanya. Salut sama bang Fauzan.; Semakin besar semakin mandiri. Salam dari Om dan Tante di Pontianak

      Hapus
  5. Beruntungnya Fauzan dititipkan Allah pada orang tua seperti Teh Dey dan suami :)

    BalasHapus
  6. nanti juga saya bakal ngerasain ya teh tiba2 tak terasa anak udah pada gede-gede, hehe. Hapunten samudaya kalepatan teh, taqabbalalahhu minna waminkum

    BalasHapus
  7. Fauzan seumuran nih dengan Fatih..
    Fatih sudah sedari lama tidur terpisah, cuma karena bungsu, manjanya terasa lebih dari kakak-kakaknya. Selalu saja ada yang bikin kita geregetan melihatnya..

    Senang ya Mbak melihat anak sudah bertumbuh besar. Patut disyukuri dan disiapkan untuk ditinggal sama mereka, karena pelan tapi pasti mereka akan punya dunianya sendiri-sendiri.. :)

    BalasHapus
  8. Kalau dapat ranking dapat piala ya, Bu? Sbg apresiasi, ya?

    Aa, makin manis aja. :D

    BalasHapus