Jelaga Tak Lagi Biru

Pertama kali mengenalnya itu tahun 2003, lewat chatting di mIRC. Kami sama-sama masuk di #cybersastra. Saat itu usianya masih sangat belia, sekitar 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah menengah atas di kota Denpasar. Sementara ibu sudah 30 tahun dan sudah bekerja. Selisih usia yang sangat jauh ya. Selain chatting di mIRC, biasanya kami saling sapa di Yahoo Messenger. Obrolan kami tak jauh dari dunia puisi. Walau kadang di selingi juga dengan curhatan anak muda. Maksudnya, dia yang curhat ke ibu. Kelihatan dari usia kan .. hehehe.

Ibu suka dengan semua puisi-puisi tulisannya. Dulu dia punya jelaga biru tempatnya menuang segala rasa. Kagum dengan kemampuannya menuai kata di usia yang masih muda. Iri sih, kok ibu ngga bisa nulis seperti itu ya, hihihi. Tapi sayang, ada sesuatu yang membuatnya mulai jarang menulis di sana.

Waktu berlalu, tak pernah lagi saling sapa. Hingga kami dipertemukan kembali melalui Facebook beberapa tahun yang lalu, antara tahun 2010 - 2011 kalau tidak salah. Itupun tanpa banyak cerita. Yang ibu tahu, dia sekarang sudah menjadi wanita dewasa juga mempunyai karir yang bagus di pekerjaannya. Membaca statusnya di Facebook, sering sekali bepergian keluar kota untuk urusan pekerjaan. 

Pertengahan tahun lalu, dia mengabari akan jalan-jalan ke daerah Lembang. Dan ibu menyempatkan diri untuk menemuinya. Pertemuan yang sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh ibu. Siapa sangka setelah 10 tahun berlalu, setelah tanpa kabar, setelah telpon ngga di angkat-angkat (iya nih, sang gadis susah sekali di telpon, padahal saat itu ibu mau cari tahu dia sedang di mana dan memastikan apakah jadi untuk bertemu), akhirnya sosok misterius itu ada juga di hadapan. Tinggi menjulang dan cantik.

Dia yang dulu remaja, sekarang sudah menjadi perempuan pekerja. Waktu cepat berlalu ya.

Ngga keliatan kan kalau selisih umur kami adalah belasan tahun, hihihi .. sok awet muda :))

Entah apa yang membuatmu tak meneruskan menulis di  rumah yang baru. Kesibukan ? Hmm ...